Mandi junub itu ialah mandi yang diwajibkan oleh agama Islam atas orang-orang mukallaf1 dari kalangan pria
maupun wanita untuk membersihkan diri dari hadats besar2. Dan menurut aturan Syari’at Islamiyah, mandi junub itu dinamakan mandi
wajib dengan mengalirkan air ke seluruh bagian tubuh3. Mandi junub ini adalah termasuk dari
perkara syarat sahnya shalat kita, sehingga bila kita tidak mengerjakannya
dengan cara yang benar maka mandi junub kita itu tidak dianggap sah sehingga
kita masih belum lepas dari hadats besar. Akibatnya shalat kita dianggap tidak
sah bila kita menunaikannya dalam keadaan belum bersih dari hadats besar dan
kecil. Sedangkan mandi junub yang benar itu ialah mandi junub yang dilakukan
dengan mengamalkan cara-cara mandi junub yang diajarkan oleh Nabi Muhammad
Shallallahu ‘alaihi wa ‘ala aalihi wasallam.
Beberapa keadaan
yang diwajibkan untuk mandi junub :
Ada beberapa keadaan yang menyebabkan dia dianggap dalam keadaan berhadats
besar sehingga diwajibkan dia untuk melepaskan diri darinya dengan mandi junub.
Beberapa keadaan itu adalah sebagai berikut :
1. Keluarnya mani, apakah karena syahwat atau karena sebab yang lainnya.
Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa ‘ala
aalihi wasallam dalam sabda beliau sebagai berikut :
Dari Abi Sa’id Al Khudri dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa ‘ala aalihi
wasallam, bahwa beliau bersabda: “Hanyalah air itu (yakni mandi) adalah karena
air pula (yakni karena keluar air mani”. (HR. Muslim dalam Shahihnya).
Dalam menerangkan hadits ini Al Imam Abu Zakaria Muhyiddin bin Syaraf An Nawawi menyatakan: “Dan Maknanya ialah: Tidak wajib mandi dengan air, kecuali bila telah keluarnya air yang kental, yaitu mani4”.
Dalam menerangkan hadits ini Al Imam Abu Zakaria Muhyiddin bin Syaraf An Nawawi menyatakan: “Dan Maknanya ialah: Tidak wajib mandi dengan air, kecuali bila telah keluarnya air yang kental, yaitu mani4”.
2. Berhubungan seks, baik keluar mani atau tidak keluar mani. Hal ini
sebagaimana yang dinyatakan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa ‘ala aalihi
wasallam dalam sabdanya sebagai berikut :
Dari Abi Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa ‘ala
aalihi wasallam, bahwa beliau bersabda: “Apabila seorang pria telah menindih
diantara empat bagian tubuh perempuan (yakni berhubungan seks) kemudian dia
bersungguh-sungguh padanya (yakni memasukkan kemaluannya pada kemaluan
perempuan itu), maka sungguh dia telah wajib mandi karenanya”. (HR. Bukhari
dalam Shahihnya)
3. Berhentinya haid dan nifas (Masalah ini akan dibahas insya Allah dalam
menu Muslimah).
4. Mati dalam keadaan Muslim, maka yang hidup wajib memandikannya. (Masalah
ini akan dibahas insya Allah dalam topik pembahasan “Cara Memandikan Jenazah”).
Cara menunaikan
mandi junub :
Karena menunaikan mandi junub itu adalah termasuk ibadah kepada Allah
Ta’ala, maka disamping harus dilakukan dengan ikhlas karena Allah semata, juga
harus pula dilaksanakan dengan cara dituntunkan oleh Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa ‘ala aalihi wasallam. Dalam hal ini terdapat beberapa riwayat yang memberitakan
beberapa cara mandi junub tersebut. Riwayat-riwayat itu adalah sebagai berikut
:
1. Dari Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa ‘ala aalihi wasallam telah bersabda : Barangsiapa yang meninggalkan
bagian tubuh yang harus dialiri air dalam mandi janabat walaupun satu rambut
tidak dibasuh dengan air mandi itu, maka akan diperlakukan kepadanya demikian
dan demikian dari api neraka”. (HR. Abu Dawud dalam Sunannya hadits ke 249 dan
Ibnu Majah dalam Sunannya hadits ke 599. Dan Ibnu Hajar Al Asqalani
menshahihkan hadits ini dalam Talkhishul Habir jilid 1 halaman 249)
Dengan demikian kita harus meratakan air ketika mandi janabat ke seluruh
tubuh dengan penuh kehati-hatian sehingga dilakukan penyiraman air ketubuh kita
itu berkalai-kali dan rata.
2. Dari ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha beliau menyatakan: Kebiasaannya
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa ‘ala aalihi wasallam apabila mandi junub,
beliau memulai dengan mencuci kedua telapak tangannya, kemudian beliau
berwudhu’ seperti wudhu’ beliau untuk shalat, kemudian beliau memasukkan
jari-jemari beliau kedalam air, sehingga beliau menyilang-nyilang dengan
jari-jemari itu rambut beliau, kemudian beliau mengalirkan air ke seluruh tubuh
beliau”. (HR. Al-Bukhari dalam Shahihnya hadits nomer 248 (Fathul Bari) dan
Muslim dalam Shahihnya hadits ke 316. Dalam riwayat Muslim ada tambahan lafadz
berbunyi demikian : “Kemudian beliau mengalirkan air ke seluruh tubuhnya,
kemudian mencuci kedua telapak kakinya”).
Jadi dalam mandi junubnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa ‘ala aalihi
wasallam, beliau memasukkan air ke sela-sela rambut beliau dengan jari-jemari
beliau. Ini adalah untuk memastikan ratanya air mandi junub itu sampai ke kulit
yang ada di balik rambut yang tumbuh di atasnya. Sehingga air mandi junub itu
benar-benar mengalir ke seluruh kulit tubuh.
3. Maimunah Ummul Mu’minin menceritakan: Aku dekatkan kepada Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa ‘ala aalihi wasallam air mandi beliau untuk janabat.
Maka beliau mencuci kedua telapak tangan beliau dua kali atau tiga kali,
kemudian beliau memasukkan kedua tangan beliau ke dalam bejana air itu,
kemudian beliau mengambil air dari padanya dengan kedua telapak tangan itu
untuk kemaluannya dan beliau mencucinya dengan telapak tangan kiri beliau,
kemudian setelah itu beliau memukulkan telapak tangan beliau yang kiri itu ke
lantai dan menggosoknya dengan lantai itu dengan sekeras-kerasnya. Kemudian
setelah itu beliau berwudhu’ dengan cara wudhu’ yang dilakukan untuk shalat.
Setelah itu beliau menuangkan air ke atas kepalanya tiga kali tuangan dengan
sepenuh telapak tangannya. Kemudian beliau membasuh seluruh bagian tubuhnya.
Kemudian beliau bergeser dari tempatnya sehingga beliau mencuci kedua telapak
kakinya, kemudian aku bawakan kepada beliau kain handuk, namun beliau
menolaknya”. (HR. Muslim dalam Shahihnya hadits ke 317 dari Ibnu Abbas).
Dari hadits ini, menunjukkan bahwa setelah membasuh kedua telapak tangan
sebagai permulaan amalan mandi junub, maka membasuh kemaluan sampai bersih
dengan telapak tangan sebelah kiri dan setelah itu telapak tangan kiri itu
digosokkan ke lantai dan baru mulai berwudhu’. Juga dalam riwayat ini
ditunjukkan bahwa setelah mandi junub itu, sunnahnya tidak mengeringkan badan
dengan kain handuk.
4. Dari Maimun (istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa ‘ala aalihi wasallam),
beliau memberitakan bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa ‘ala aalihi wasallam
ketika mandi janabat, beliau mencuci kemaluannya dengan tangannya, kemudian
tangannya itu digosokkan ke tembok, kemudian setelah itu beliau mencuci
tangannya itu, kemudian beliau berwudhu’ seperti cara wudhu’ beliau untuk
shalat. Maka ketika beliau telah selesai dari mandinya, beliau membasuh kedua
telapak kakinya”. (HR. Bukhari dalam Shahihnya, hadits ke 260).
Dari hadits ini, menunjukkan bahwa menggosokkan telapak tangan kiri setelah
mencuci kemaluan dengannya, bisa juga menggosokkannya ke tembok dan tidak harus
ke lantai. Juga dalam hadits ini diterangkan bahwa setelah menggosokkan tangan
ke tembok itu, tangan tersebut dicuci, baru kemudian berwudhu’.
Penutup &
Kesimpulan :
Dari berbagai riwayat tersebut di atas kita dapat simpulkan, bahwa cara
mandi junub itu adalah sebagai berikut :
Mandi junub harus diniatkan ikhlas semata karena Allah Ta’ala dalam
rangka menta’atiNya dan beribadah kepadaNya semata.
Dalam mandi junub, harus dipastikan bahwa air telah mengenai seluruh tubuh
sampaipun kulit yang ada di balik rambut yang tumbuh di manapun di seluruh
tubuh kita. Karena itu siraman air itu harus pula dibantu dingan jari-jemari
tangan yang mengantarkan air itu ke bagian tubuh yang paling tersembunyi
sekalipun.
Mandi junub dimulai dengan membasuh kedua telapak tangan sampai pergelangan
tangan, masing-masing tiga kali dan cara membasuhnya dengan mengguyur kedua
telapak tangan itu dengan air yang diambil dengan gayung. Dan bukannya dengan
mencelupkan kedua telapak tangan itu ke bak air.
Setelah itu mengambil air dengan telapak tangan untuk mencuci kemaluan
dengan telapak tangan kiri sehingga bersih.
Kemudian telapak tangan kiri itu digosokkan ke lantai atau ke tembok
sebanyak tiga kali. Dan setelah itu dibasuh dengan air.
Setelah itu berwudhu’ sebagaimana cara berwudhu’ untuk shalat.
Kemudian mengguyurkan air dari kepala ke seluruh tubuh dan
menyilang-nyilangkan air dengan jari-jemari ke sela-sela rambut kepala dan
rambut jenggot dan kumis serta rambut mana saja di tubuh kita sehingga air itu
rata mengenai seluruh tubuh.
Kemudian bila diyakini bahwa air telah mengenai seluruh tubuh, maka mandi
itu diakhiri dengan membasuh kedua telapak kaki sampai mata kaki.
Disunnahkan untuk tidak mengeringkan badan dengan kain handuk atau kain apa
saja untuk mengeringkan badan itu.
Disunnahkan untuk melaksanakan mandi junub itu dengan tertib seperti yang
dicontohkan oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa ‘ala aalihi wasallam.
Demikianlah cara mandi junub yang benar sebagaimana
yang diajarkan oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa ‘ala aalihi wasallam
dan juga telah dicontohkan oleh beliau. Semoga dengan kita menunaikan ilmu ini,
amalan ibadah shalat kita akan diterima oleh Allah Ta’aala karena kita telah
suci dari junub atau hadats besar. Amin Ya Mujibas sa’ilin.
Tentang pengertian orang yang mukallaf, artinya orang yang
telah baligh dari sisi usianya dan telah mumayyiz dari sisi kemampuan
berfikirnya. Mumayyiz itu sendiri artinya ialah kemampuan membedakan mana yang
bermanfaat baginya dan mana pula yang bermudarat.
Tentang pengertian hadatas besar, telah diterangkan
dalam artikel “Apa & Bagaimana Thaharah ?”
Ar Raudhatun Nadiyah, Al Allamah Shiddiq Hasan Khan, hal. 35.
Al Majmu’ Syarah Muhadzdzab, Abu Zakaria Muhyiddin bin Syaraf An Nawawi,
jilid 2 hal. 153, Darul Fikr Beirut Libanon, cet. Th. 1417 H / 1996 M.
(Sumber: alquran-sunnah.com)
0 komentar:
Posting Komentar