Banyak pemandangan yang cukup menggelitik dari sebagian kaum muslimin saat mereka berdiri menghadap Allah Robbul alamin di dalam sholatnya. Diantara pemandangan tersebut, adanya sebagian orang yang suka melakukan gerakan yang berlebihan saat ia sholat, sedang gerakan itu sebenarnya ia tak butuh kepadanya. Belum lagi diantara mereka ada yang bermain-main dan berpaling dari khusyu’ di dalam sholatnya.
Disinilah kita akan melihat gerakan-gerakan aneh dari sebagian kaum muslimin yang melaksanakan sholat, seperti menyilangkan jari-jemari tangan, membersihkan kuku, selalu menggoyangkan kaki, membenarkan sorban, merapikan rambut atau pakaian, melihat ke jam tangan, mengencangkan sarung, menggali lubang hidung, membersihkan tahi mata dan telinga, mempermainkan HP, melongo ke kiri dan ke kanan, dan lainnya diantara perkara yang dapat menggugurkan atau mengurangi pahala sholat seseorang.
Para pembaca yang budiman, khusyu’ adalah inti dan rohnya sholat. Karenanya, yang disyariatkan bagi seorang mukmin, ia memperhatikan hal itu (yakni, khusyu’), dan bersemangat untuk meraihnya.
Allah -Ta’ala- berfirman saat memuji orang-orang mukmin,
“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam sholatnya”. (QS. Al-Mukminun : 1-2)
Al-Imam Al-Hafizh Abul Fidaa’ Ibnu Katsir -rahimahullah- berkata, “Khusyu’ dalam sholat hanyalah tercapai bagi orang yang memusatkan hatinya untuk sholat, menyibukkan diri dengannya dari selainnya, mengutamakan sholat atas yang lainnya. Ketika itulah sholat menjadi pelega baginya, dan penyejuk mata”. [Lihat Tafsir Ibnu Katsir (5/461)]
Seorang yang khusyu’, jiwa dan raganya akan tenang, tidak banyak goyang karena ia tahu bahwa ia sedang berdiri di hadapan Allah Sang Maha Pencipta.
Al-Imam Syaikh Abdur Rahman bin Nashir As-Sa’diy -rahimahullah- berkata, “Khusyu’ dalam sholat adalah hadirnya hati di hadapan Allah -Ta’ala- dengan cara menghadirkan kedekatan-Nya. Karenanya, hatinya tenang, dirinya tuma’ninah, gerakannya tenang, tidak berpaling sambil beradab di depan Robb-nya, dan menghadirkan seluruh apa yang ia ucapkan dan ia lakukan dalam sholatnya dari awal hingga akhir sholatnya. Lantaran itu, hilanglah dengannya was-was, dan pikiran-pikiran rendah. Inilah rohnya sholat, dan maksudnya. Itulah yang ditulis bagi seorang hamba. Jadi, sholat yang tak ada khusyu’-nya, tak ada kehadiran hati, walaupun ia sah diberi pahala, maka sesungguhnya pahala tergantung apa yang dicerna oleh hati dari sholatnya”. [Lihat Taisir Al-Karim Ar-Rahman fi Tafsir Kalam Al-Mannan (hal. 520), karya As-Sa'diy, dengan tahqiq Abdur Rahman bin Mu'alla Al-Luwaihiq, cet, Dar Ibn Hazm, 1424 H]
Jadi, seorang yang khusyu’ harus memusatkan jiwa dan raganya. Jiwanya mentadabburi makna bacaan dan dzikir yang ia ucapkan, sedang raganya sabar dan tenang dalam menikmati manisnya sholat.
Seorang yang ingin khusyu’ haruslah menghindari banyak gerak dan goyang. Jangan sampai ia banyak gerak sampai sholatnya batal, sebab banyak gerak merupakan salah satu sebab yang membatalkan sholat seseorang.
Adapun memberikan batasan bagi gerakan yang akan menghilangkan tuma’ninah dan khusyu’ dengan tiga gerakan, maka itu bukan dari haditsnya Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam-. Itu hanyalah berasal dari komentar sebagian ulama’ yang tidak didasari oleh dalil yang dapat dijadikan landasan. Tapi memang dibenci jika seseorang bermain-main dalam sholatnya, seperti menggerakkan hidung jenggot, dan pakaian, serta menyibukkan diri dengannya.
Syaikh Abdul Aziz bin Baaz -rahimahullah- berkata, “Jika banyak goyang, dan terjadi secara beruntun, maka sholatnya batal…Adapun apabila goyangnya sedikit menurut kebiasaan atau banyak, tapi tidak beruntun, maka sholatnya tak batal karenanya. Namun tentunya disyariatkan bagi orang mukmin untuk menjaga khusyu’-nya, dan tidak banyak goyang, sedikit atau banyak karena berusaha menjaga kesempurnaan sholatnya”. [Lihat Majmu' Fatawa wa Rosa'il Mutanawwi'ah (1/87)]
Para pembaca yang budiman, mungkin ada diantara kalian yang bertanya, “Kapankah gerakan dianggap banyak sehingga membatalkan sholat?”
Pertanyaan ini jawabannya terdapat dalam ucapan Syaikh Muhammad bin Sholih Al-Utsaimin-rahimahullah- saat beliau berkata, “Syarat batalnya sholat akibat goyang ada tiga. Pertama: goyangnya lama. Kedua: goyangnya bukan karena darurat (terpaksa). Ketiga: Goyangnya beruntun, maksudnya: tanpa terpisah…Contohnya yang paling mudah kita katakan, “Sesungguhnya kalau kita melihat orang yang goyang itu bergerak, sedang dominan dalam persangkaan kita bahwa ia tak berada dalam sholat”.[Lihat Asy-Syarh Al-Mumti' (3/352)]
Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- pernah melihat beberapa orang yang menggoyang-goyangkan tangannya di dalam sholat tanpa ada hajat. Ketika itu Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- menegur mereka. Kisahnya sebagaimana yang dituturkan oleh sahabat Jabir bin Samuroh -radhiyallahu anhu-,
كُنَّا إِذَا صَلَّيْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قُلْنَا السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَأَشَارَ بِيَدِهِ إِلَى الْجَانِبَيْنِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَامَ تُومِئُونَ بِأَيْدِيكُمْ كَأَنَّهَا أَذْنَابُ خَيْلٍ شُمْسٍ إِنَّمَا يَكْفِي أَحَدَكُمْ أَنْ يَضَعَ يَدَهُ عَلَى فَخِذِهِ ثُمَّ يُسَلِّمُ عَلَى أَخِيهِ مَنْ عَلَى يَمِينِهِ وَشِمَالِهِ
“Dahulu kami bila sholat bersama Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam-, maka kami ucapkan salam, “As-Salamu alaikum wa rohmatullah, as-salamu alaikum wa rohmatullah”, dan seorang diantara kami mengisyaratkan tangannya kepada dua sisi (kiri dan kanan). Maka Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda, “Kenapa kalian mengisyaratkan tangan-tangan kalian, bagaikan ekor kuda yang liar. Cukup bagi seorang diantara kalian meletakkan tangannya di atas pahanya, lalu ia memberi salam kepada saudaranya yang ada di sebelah kanan, dan kirinya”. [HR. Muslim dalam Kitab Ash-Sholah (no. )]
Di dalam riwayat lain, Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda,
مَا لِي أَرَاكُمْ رَافِعِي أَيْدِيكُمْ كَأَنَّهَا أَذْنَابُ خَيْلٍ شُمْسٍ اسْكُنُوا فِي الصَّلَاةِ
“Kenapa aku melihat kalian mengangkat tangan-tangan kalian, seakan-akan ekor kuda liar. Tenanglah kalian di dalam sholat”. [HR. Muslim di dalam Kitab Ash-Sholah (no.)]
Al-Imam Abul Husain Muslim bin Al-Hajjaj saat membuatkan bab bagi hadits ini dalam Kitab Ash-Sholah, beliau berkata,
باب الأمر بالسكون في الصلاة والنهي عن الإشارة باليد ورفعها
“Bab: Perintah tenang di dalam sholat, serta larangan mengisaratkan tangan, dan mengangkatnya”.[Lihat Shohih Muslim ()]
Hadits ini memerintahkan kita agar tenang di dalam sholat, jangan banyak goyang, sebab hal ini akan menghilangkan roh dan intinya sholat, yaitu khusyu’.
Al-Imam Abu Zakariyya An-Nawawiy -rahimahullah- berkata, “Di dalam hadits ini terdapat perintah untuk tenang, khusyu’, dan memusatkan diri di dalam sholat”. [Lihat Al-Minhaj (2/172)]
Dari sini kita mengetahui suatu kesalahan besar yang dilakukan oleh sebagian orang-orang jahil di negeri kita. Saat mereka mengucapkan salam ke kanan dan ke kiri di dalam sholat, maka mereka mengisyatkan telapak tangannya (dengan cara membukanya) ke arah kanan. Sebagian lagi ada yang membukanya (mengisyaratkannya) ke kanan dan kiri. Parahnya lagi, mereka berkeyakinan bahwa bila mereka membuka tangan ke kanan, maka artinya ia membuka surga. Lalu yang ke kiri untuk??!
Subhanallah, sungguh ini adalah bid’ah dan khurofat dalam beragama yang sama sekali tidak didasari oleh hujjah dari Al-Kitab dan Sunnah Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam-!! Bahkan beliau mengingkarinya dengan keras dalam hadits di atas!!! Kami tak tahu kebiasaan “membuka pintu surga” model seperti ini dari mana asalnya? Tapi tampaknya hanya berasal dari sangkaan batil yang ditiupkan oleh setan sehingga mereka merasa lebih khusyu’. Duh, sialnya!! Bagaimana mungkin seorang akan khusyu’ dalam sholatnya, sementara ia menyelisihi aturan Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- sebagaimana yang ada dalam hadits di atas.
Para pembaca yang budiman, sebagian orang yang betul-betul mau menjaga sholatnya dan perasaan khusyu’-nya, ia berhujjah dengan sebagian hadits lemah. Padahal cukuplah baginya anjuran yang ada di dalam Kitabullah dan Sunnah Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- yang shohih (benar) datangnya dari beliau.
Oleh karena itu, di dalam kesempatan ini ada baiknya jika kami mengisyaratkan dan menjelaskan tentang kepalsuan dan kelemahan hadits yang beredar di lisan kebanyakan kaum muslimin. Mereka menyangka bahwa Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- pernah melihat seorang laki-laki yang mempermainkan jenggotnya, sedang ia berada dalam sholatnya. Maka Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda,
لَوء خَشَعَ قَلْبُ هَذَا خَشَعَتْ جَوَارِحُهُ
“Andai hati orang ini khusyu’, niscaya anggota badannya juga akan khusyu’”. [HR. Al-Hakiim At-Tirmidziy dalam Nawadir Al-Ushul ()]
Hadits ini adalah hadits yang maudhu’ (palsu), karena di dalam sanad-nya terdapat seorang rawi yang bernama Sulaiman bin Amer Abu Dawud An-Nakho’iy. Dia adalah seorang rawi yang disepakati kelemahannya. Bahkan Al-Imam Ibnu Adi -rahimahullah- berkata, “Mereka (para ahli hadits)sepakat bahwa ia (Sulaiman bin Amer) biasa memalsukan hadits”. [Lihat Faidhul Qodir (5/319) oleh Al-Munawiy]
Hadits di atas bukanlah sabda Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam-, bahkan ia hanyalah ucapan seorang tabi’in yang bernama Sa’id bin Al-Musayyib. Hal ini sebagaimana yang dijelaskan oleh seorang ahli hadits dari Yodania, Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albaniy -rahimahullah- dalam sebuah kitabnya yang berjudul Silsilah Al-Ahadits Adh-Dho’ifah (no. 110), saat beliau menilai hadits ini palsu.
Ini adalah salah satu hadits palsu yang menodai kitab Al-Jami’ Ash-Shoghier, karya Al-Imam Abu Bakr As-Suyuthiy. Padahal ia telah menetapkan syarat bahwa ia tak akan membawakan hadits-hadits palsu dalam kitabnya tersebut. Karenanya, seorang penuntut ilmu tak boleh menukil hadits secara mentah-mentah dari kitab tersebut. Tapi ia berusaha mengkaji derajat hadits yang ia nukil. Sebab berapa banyak hadits yang ternukil dari Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam-, memiliki makna yang bagus, namun ternayata ia adalah hadits lemah, bahkan palsu dan tidak benar datangnya Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam-.
Terakhir, kita memohon kepada Allah Robbul alamin Yang membolak-balikkan hati agar Dia menganugerahkan kepada kita perasaan khusyu’ dan tumaninah di dalam sholat, sehingga kita tergolong kaum mukmin yang merasakan manisnya sholat di dunia dan akhirat sebagaimana yang Allah jelaskan di awal surah Al-Mu’minun,
“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam sholatnya”. (QS. Al-Mukminun : 1-2)
Sumber : klik di sini - http://portal-ilmu.net
0 komentar:
Posting Komentar