Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani
Sehubungan dengan bulan suci Ramadhan, maka kita dipanggil untuk menggunakan kesempatan ini buat memperbaiki ibadah kita, khususnya shalat Tarawih sehingga kita dapat mencapai target yaitu mendapat keampunan.
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
- "Artinya : Barangsiapa beribadah di (bulan) Ramadhan karena iman dan karena
hendak mendapat ganjaran, niscaya diampunkan baginya apa-apa yang telah lalu
dari dosanya". (Muttafaq 'alaihi).
- "Artinya : Dari Abu Hurairah radyillahu 'anhum ia berkata : Bahwasanya
seorang laki-laki telah masuk masjid dan shalat, sedangkan Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam berada di sisi masjid, maka ia datang (kepadanya)
dan memberi salam kepadanya, maka ia menjawab salamnya sambil berkata : "Wa
'alaikas salaam", ulangi shalatmu karena sesungguhnya engkau belum shalat, maka
ia kembali dan shalat kemudian memberi salam, ia berkata : "Wa 'alaikas salaam"
kembali dan shalatlah, karena sesungguhnya engkau tidak/belum shalat, pada yang
ketiga kali ia berkata : Ajarkanlah kepadaku, maka sabdanya : Apabila engkau
akan melaksanakan shalat sempurnakanlah wudhu', kemudian menghadaplah ke kiblat
dan bertakbirlah, dan bacalah apa-apa yang mudah dari Al-Qur'an kemudian
ruku'lah sehingga benar-benar ruku', kemudian angkatlah kepalamu sehingga engkau
benar-benar berdiri, kemudian sujudlah dengan benar-benar sujud, kemudian
angkatlah (tubuhnya) sehingga rata dan benar-benar duduk, kemudian sujudlah
dengan benar-benar sujud, kemudian angkatlah sehingga benar-benar berdiri,
kemudian lakukan semua itu di shalatmu seluruhnya".
Hadits ini diriwayatkan oleh Bukhari II:191,219 dan 222, II:31,467, Muslim II:10-11, dan selain keduanya. Maksud hadits ini shalat itu harus thuma'ninah, yaitu tenteram dalam gerakan, baik ketika berdiri, ruku', sujud, duduk antara dua sujud dan lain sebagainya.
- "Artinya : Dari Abu Mas'ud Al-Badri ia berkata : Telah bersabda Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam : Tidak mendapat pahala shalat seseorang yang
tidak meluruskan punggungnya dalam ruku' dan sujud".
Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Dawud I:136, Nasa'i I:167, Tirmidzi II:51, Ibnu Majah I:284, Ad-Daarimi I:304, Thahawi dalam Al-Musykil I:80, Thayalisi I:97, Ahmad IV:119 dan Daraquthni, Ia berkata : Sanad hadits ini SHAHIH.
- "Artinya : Dari Abi Hurarirah radyillahu 'anhum, ia berkata : Sesungguhnya
sejelek-jelek manusia adalah pencuri yang mencuri shalatnya. Mereka bertanya :
Hai Rasulullah ! Bagaimana mencuri shalatnya ? Ia bersabda : (Yaitu) tidak
menyempurnakan ruku'nya dan sujudnya".
Dikeluarkan oleh Hakim dan dishahkannya I:229 serta disepakati oleh Adz-Dzahabi. Hadits ini juga mempunyai beberapa syahid di antaranya hadits Malik I:181 dari Nu'man Murrah, sanadnya Shahih Mursal, juga bagi Thayalisi I:97 dari Abi Sa'id dishahkan oleh Suyuthi dalam kitab "Tanwirul Hawalik". Maksud hadits ini, orang yang tidak menyempurnakan ruku' dan sujudnya di ibaratkan orang yang telah mencuri shalatnya.
Dari 'Amr bin Ash dan Khalid bin Walid dan Syarhabil bin Hasanah serta Yazid bin Abi Sufyan, mereka berkata :
- "Artinya : Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, melihat seorang
laki-laki tidak menyempurnakan ruku'nya, dan mematuk dalam sujudnya. Maka
sabdanya : Seandainya orang ini mati dalam keadaan seperti ini, maka ia mati
bukan dalam millah Muhammad".
Hadits ini diriwayatkan oleh Aajiry dalam kitab "Al-Arba'iin" dan Baihaqi II:89 dengan sanad yang Hasan. Mundziri berkata : Hadits ini juga diriwayatkan oleh Thabrani dalam Mu'jamul Kabir dan juga Abu Ya'la dengan sanad yang Hasan serta Ibnu Khuzaimah dalam Shahihnya. Hadits ini menerangkan bahwa mereka yang tidak menyempurnakan ruku' dan sujud seperti burung yang mematuk, berarti telah mengerjakan suatu amalan yang tidak disukai Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.
Dari Thalqi bin Ali radyillahu 'anhum ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
- "Artinya : Allah tidak akan melihat shalat seseorang hamba yang tidak
meluruskan tulang belakangnya diantara sujudnya dan ruku'nya".
Diriwayatkan oleh Ahmad IV:22, Thabrani dalam Al-Kabir dan Dhiya' Al-Muqaddasi dalam Al-Mukhtarah II:34 dengan sanad yang shahih. Hadits ini mempunyai syahid dalam Al-Musnad II:525. Ibnul Mundzir mengatakan bahwa sanadnya baik. Perkataan "Allah tidak akan melihat itu" menunjukkan bahwa pekerjaan seperti itu tidak disukai.
Hadits-hadits yang disebutkan di atas, terpakai sesuai dengan keumumannya, yaitu baik untuk shalat Fardhu atau Sunnah, siang atau malam, bahkan sebagian ulama seakan menekankan pada shalat Tarawih, seperti Imam Nawawi, beliau menyebutkan hadits-hadits tersebut pada "Bab Adzkaar Shalat Tarawih". Lihat Al-Adzkaar IV:297.
Semoga dengan melaksanakan shalat seperti yang dicontohkan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, kita akan mendapat keampunan khususnya di bulan suci Ramadhan ini.
Dikutip dari buku
Kelemahan Hadits Tarawih 20 Raka'at
Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullah
Penterjemah : Luthfie Abdullah Ismail
Kelemahan Hadits Tarawih 20 Raka'at
Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullah
Penterjemah : Luthfie Abdullah Ismail
0 komentar:
Posting Komentar