Tuntunan Bacaan Sholat – Membaca Surat Al-fatihah Setiap Rakaat dalam Sholat


Membaca Al Fatihah


1. Bacaan Al Fatihah merupakan salah satu rukun shalat,  nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Tidak sah shalat seseorang yang tidak membaca Al Fatihah.” (HR. Bukhari dan Muslim).
2. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca Al Fatihah dengan tertil dan berhenti pada setiap ayat.
3. Ada dua bacaan terkait ayat Al-Fatihah berikut ini:
Maliki yaumiddiin (مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ)
  • Dengan memanjangkan miim-nya, sehingga dibaca:
Maa..liki (مَالِكِ)
  • Huruf miim dibaca pendek:
Maliki (مَلِكِ)
4. Untuk shalat jahriyah (shalat yang imam membaca dengan keras), makmum tidak perlu membaca Al Fatihah. Karena bacaan Al Fatihah makmum telah diwakili imam. Demikian menurut pendapat yang lebih kuat. Sedangkan untuk shalat sirriyah (imam membaca dengan lirih), makmum membaca al Fatihah dengan lirih.
Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam meng-imami jamaah sahabat, ada beberapa sahabat yang membaca Al Qur’an. Kemudian beliau merasa terganggu dengan bacaan tersebut dan melarang para makmum untuk membaca Al Qur’an pada shalat jahriyah. Pada peristiwa ini Abu Hurairah mengatakan, “Kemudian para sahabat berhenti membaca Al Qur’an ketika shalat jamaah bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan beliau membaca dengan suara keras yang terdengar oleh makmum [dan mereka membaca sendiri tanpa suara bila imam tidak mengeraskan bacaannya]. (HR. Bukhari dan Imam Malik).
5. Jika makmum belum selesai membaca Al Fatihah dan imam telah rukuk maka makmum tidak perlu menyelesaikan bacaan Al Fatihah namun langsung rukuk bersama imam.

Kesalahan Terkait Bacaan Sholat Saat Membaca Al Fatihah

1. Mengulang-ngulang bacaan Al Fatihah. Umumnya kesalahan ini dialami oleh orang yang terkena penyakit was-was.
2. Mengeraskan bacaan basmalah ketika menjadi imam.
Dari Anas bin Malik shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau mengatakan,
“Sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakar, dan Umar radliallahu ‘anhuma mereka semua mengawali bacaan shalat mereka dengan bacaan
“الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ”
(HR. Bukhari dan Muslim).
Kemudian dalam riwayat yang lain disebutkan: “mereka tidak mengeraskan bacaanbasmalah.” (HR. Ahmad, An Nasa’i, Ibn Khuzaimah dan Ibn Hibban).
Riwayat ini menunjukkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para khulafa’ur rasyidin membaca basmalah dengan suara lirih.
Adapun adanya beberapa riwayat yang mensyariatkan membaca basmalah dengan keras adalah riwayat yang lemah dan bahkan palsu.
Syaikhul Islam ditanya tentang hadis yang menyebutkan membaca basmalah dengan suara keras, beliau menjawab: “Para ahli hadis sepakat bahwasanya tidak ada satu hadis shahih-pun yang secara tegas menyebutkan membaca basmalah dengan suara keras. Riwayat yang secara tegas menyebutkan membaca basmalah dengan keras hanya ada pada hadis palsu.” (Taudlihul Ahkam, 2/195).
3. Membaca Al Fatihah dengan tidak putus-putus pada setiap ayat, namun dibaca dengan bersambung. Perbuatan ini menyelisihi sunah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.