Tanya Jawab Sholat Ringkas

Berikut ini adalah tanya jawab tentang Sholat secara ringkas yang kami ambil dari portal-ilmu.net :
1.Siapa yang lebih utama, imam atau muadzdzin?
2.Jika Bacaan Imam Terlalu Cepat
3.Batas Akhir Shalat ‘Isya

1.Siapa yang lebih utama, imam atau muadzdzin?
Muazzin memiliki keutamaan (tersendiri) dan imam juga memiliki keutamaan (tersendiri). Termasuk dalil yang menerangkan tentang keutamaan muazzin adalah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dan selainnya dari Mu’awiyah radhiallahu ‘anhu, beliau berkata : Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
 “Para muadzdzin adalah manusia yang paling panjang lehernya pada Hari Kiamat”.
Dan hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhary dari Abu Sa’id Al-Khusry radhiallahu ‘anhu bahwa beliau berkata kepada ‘Abdullah bin ‘Abdirrahman bin Abi Sho’sho’ah Al-Anshory lalu Al-Maziny :
 “Sesungguhnya saya melihat kamu menyenangi kambing dan (badiyah) pedalaman, maka jika kamu berada di antara kambing-kambingmu atau (badiyah) pedalaman lalu engkau mengumandangkan adzan maka angkatlah (baca : besarkanlah) suaramu dengan adzan tersebut, karena sesungguhnya tidaklah mendengar suara muadzdzin baik itu jin, tidak pula manusia dan tidak pula sesuatu apapun kecuali akan mempersaksikan untuknya pada Hari Kiamat. Abu Sa’id berkata : Saya mendengar hal ini dari Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam”.
Adapun keutamaan imam maka banyak perkara yang menunjukkannya, di antaranya bahwa Nabi Shollallahu ‘alaihi wasallam terus-menerus menjadi imam sepanjang hidup beliau dan demikian pula para khalifah beliau radhiallahu ‘anhum, (masuk) dalam keumuman firman Allah Ta’ala :
 “Dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Furqan : 74).
Maka yang dimaksudkan adalah bahwa imam memiliki keutamaan yang besar dan demikian pula muadzdzin memiliki keutamaan yang besar, dan masing-masing dari keduanya memanggul tanggung jawab yang wajib dia laksanakan dengan sebaik-baiknya. Dan Abu Hurairah telah meriwayatkan dari nabi Shollallahu ‘alaihi wasallam bahwa beliau bersabda :
 “Imam adalah penanggung jawab dan muadzdzin adalah yang diberi amanah, Ya Allah berilah petunjuk kepada para imam dan ampunilah para muadzdzin”.
(Fatwa Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah Alu Asy-Syaikh rahimahullah)/portal-ilmu.net

2.Jika Bacaan Imam Terlalu Cepat
Tanya:
Saya pernah shalat Zhuhur dan Ashar di belakang imam yang sangat cepat bacaannya. Jika saya membaca Al-Fatihah dengan tartil, maka tidak akan sempurna sebelum imam ruku, dan bila saya memaksa untuk menyempurnakannya maka membuat saya tidak tuma`ninah karena terlalu cepat membacanya. Apa yang seharusnya saya perbuat?
(Abu Salamah)
Tarakan
Jawab:
Jika demikian keadaan imamnya, maka boleh bagimu untuk membaca Al-Fatihah dengan cepat sepanjang tidak mengakibatkan salah dalam membaca, atau meninggalkan sebagian dari huruf-hurufnya atau yang semisalnya yang bisa merubah makna ayat. Dan bukan syarat dalam membaca Al-Fatihah harus dilafadzkan dengan lambat dan pelan, walaupun itu tentunya lebih afdhol, akan tetapi jika keadaan seperti yang digambarkan di atas maka boleh baginya membacanya dengan cepat dan hal tersebut tidak menafikan tuma’ninah dalam sholat, wallahu A’lam.
(Sumber: portal-ilmu.net)

3.Batas Akhir Shalat ‘Isya
Kapankah batas akhir shalat ‘Isya itu, karena sering saya lihat teman saya shalat ‘Isya sampai jam 03.00 pagi bahkan sudah mendekati fajar? Jazakumullah khairan katsira.
isty_01@…com
Jawab :
Oleh Al-Ustadz Luqman Ba’abduh
Para ulama berbeda pendapat tentang batasan akhir shalat ‘Isya:
- Pendapat pertama, batas akhir waktu shalat ‘Isya adalah sampai dengan seperempat malam yang pertama;
- Pendapat kedua, batas akhir waktu shalat ‘Isya adalah sampai dengan sepertiga malam yang pertama;
- Pendapat ketiga, batas akhir waktu shalat ‘Isya adalah sampai dengan pertengahan malam;
- Pendapat keempat, batas akhir waktu shalat ‘Isya adalah sampai terbit fajar yang kedua.
Dari sekian pendapat ini, yang paling rajih (kuat) insya Allah adalah pendapat ketiga, yaitu pendapat yang menyatakan bahwa batas akhir waktu shalat ‘Isya adalah hingga pertengahan malam. Hal ini didasarkan pada hadits Abdillah bin ‘Amr bin Al-‘Ash radhiyallahu ‘anhuma, yang diriwayatkan Al-Imam Muslim, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
…dan akhir dari waktu shalat ‘Isya adalah sampai dengan pertengahan malam.” (Shahih, HR. Muslim no. 172)
Apa yang terkandung dalam hadits ini tidaklah bertentangan dengan hadits Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, sebagaimana diriwayatkan At-Tirmidzi dan Abu Dawud, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Dan akhir dari waktu shalat ‘Isya adalah setelah mencapai sepertiga malam (yang pertama).” (HR. At-Tirmidzi dan Abu Dawud)
Hal ini dikarenakan sepertiga malam yang pertama, masih merupakan bagian dari setengah malam yang disebutkan dalam hadits Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash radhiyallahu ‘anhuma, sebagaimana telah disebutkan oleh Al-Imam Asy-Syaukani rahimahullah dalam Ad-Darari Al-Mudhiyyah (1/175-176).
Adapun tentang pendapat yang menyatakan bahwa batasan akhir waktu shalat ‘Isya sampai terbitnya fajar kedua, maka Al-Imam Al Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah telah berkata dalam Fathul Bari (2/244): “Aku tidak mendapati adanya satu hadits pun yang jelas dan shahih, yang menjelaskan bahwa waktu akhir shalat ‘Isya adalah sampai terbitnya fajar kedua.”
Begitu pula Al-Imam Al-Bukhari rahimahullah telah menyebutkan dalam Shahih-nya; yaitu bab yang menjelaskan tentang waktu akhir shalat ‘Isya, bahwasanya waktu akhir shalat ‘Isya adalah sampai pertengahan malam.
Untuk lebih lengkapnya mengenai bantahan atas pendapat yang menyatakan bahwa waktu ‘Isya berlanjut hingga terbit fajar kedua, maka dapat dilihat dalam Tamamul Minnah (hal. 141-142) yang ditulis Asy-Syaikh Al-Albani.
Wallahu a’lamu bish-shawab.
(Sumber: portal-ilmu.net)

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.