Pertanyaan:
Assalamu’alaikum Ustadz
Assalamu’alaikum Ustadz
Bagaimana Derajat Hadist ini:
Menurut Ibnu Abidin yang sebaiknya dibaca pada shalat dhuha adalah surat Asy-Syam pada rakaat pertama dan surat Ad-Dhuha pada rakaat kedua.
Menurut Ibnu Abidin yang sebaiknya dibaca pada shalat dhuha adalah surat Asy-Syam pada rakaat pertama dan surat Ad-Dhuha pada rakaat kedua.
Hal
ini berdasarkan riwayat dari Uqban bin Amir, “Kami diperintahkan Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam untuk shalat dhuha dengan membaca sejumlah surat. Di antaranya Asy-Syams
dan Adh-Dhuha.”
Sementara
dalam Nihayatul Muhtaj disebutkan bahwa yang lebih utama membaca surat
Al-Kafirun dan Al-Ikhlas karena surat Al-Ikhlas setara dengan sepertiga Alquran
dan Al-Kafirun setara dengan seperempat Alquran.
Ana
kutip dari :
1. http://anggrafansclub.wordpress.com/2012/01/23/apakah-ada-bacaan-surat-khusus-dalam-shalat-dhuha/
1. http://anggrafansclub.wordpress.com/2012/01/23/apakah-ada-bacaan-surat-khusus-dalam-shalat-dhuha/
2.
http://www.syariahonline.com/v2/shalat/2479-surat-yang-dibaca-dalam-shalat-dhuha.html
Dari:
Muhammad Nawir
Jawaban:
Wa’alaikumussalam
Alhamdulillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah…
Jawaban:
Wa’alaikumussalam
Alhamdulillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah…
Bacaan Sholat Dhuha
Terdapat
sebuah hadis yang menganjurkan untuk membaca surat As Syams pada rakaat pertama
dan membaca surat Ad dhuha pada rakaat kedua. Hadis tersebut berbunyi:
“Shalatlah dua rakaat dhuha
dengan membaca dua surat dhuha, yaitu surat Was syamsi wadhuhaa haa dan surat
Adh dhuha.”
Dalam
riwayat yang lain terdapat tambahan: “Barangsiapa yang
mengamalkannya maka dia diampuni.”
Hadis
di atas diriwayatkan oleh Ar Ruyani dalam Musnad-nya dan Ad Dailami (2:242) dari
jalur Musyaji’ bin ‘Amr. Hadis ini juga disebutkan oleh Al Hafidz Ibn Hajar
dalam Fathul Bari Syarh Shahih Bukhari dan tidak dikomentari. Beliau
hanya menyatakan bahwa bacaan surat tersebut ada kesesuaian bacaan dengan
shalat yang dikerjakan. Namun yang
benar, hadis di atas adalah hadis palsu. Sebagaimana dijelaskan oleh Syaikh Al
Albani, beliau mengatakan: “Hadis ini palsu, cacatnya ada pada Musyaji’ bin
Amr. Ibn Ma’in berkomentar tentang Musyaji’: “yang saya tahu dia (musyaji’)
adalah seorang pendusta.” (Silsilah Hadis Dhaif dan
Palsu, hadis
ke-3774).
Hadis
ini juga didhaifkan oleh Al Munawi dalam Faidlul Qodir dengan alasan adanya perawi
yang bernama Musyaji’ bin Amr. Imam Ad Dzahabi dalam Ad
Dlu’afa’ mengatakan dengan menukil perkataan Ibn Hibban: “Dia memalsukan hadis dari
Ibn Lahi’ah dan dia adalah dhaif.” (Faidlul Qodir, 4:201).
Dari
dua penjelasan ini, dapat diambil kesimpulan dengan yakin bahwa hadis yang
menganjurkan shalat dhuha dengan bacaan tertentu adalah hadis dhaif. Artinya
tidak ada anjuran untuk mengkhususkan shalat dhuha dengan bacaan tertentu, baik
di rakaat pertama, rakaat kedua, maupun doa setelah shalat dhuha.
Dalam
masalah ini, terdapat satu kaidah terkait masalah ibadah yang penting untuk
diketahui:
“Membatasi
setiap ibadah yang sifatnya mutlak dengan
tata cara tertentu –misalnya waktu, tempat, bacaan, jumlah, dan yang lainnya-
tanpa ada keterangan dalil yang shahih termasuk salah satu bentuk bid’ah.” (Qowa’id
Ma’rifatil Bida’, Hal. 52)
Karena
hadis yang dijadikan dalil untuk menetapan dua surat di atas adalah hadis palsu
maka tidak selayaknya dijadikan pegangan untuk mengkhususkan bacaan tertentu
dalam shalat dhuha. Karena hadis palsu
bukanlah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sementara mengkhususkan
bacaan tertentu untuk ibadah yang sifatnya umum (tidak
ditentukan bacaannya) padahal tidak ada dasarnya, termasuk salah satu perbuatan
bid’ah. Wallahu a’lam.
As
Syaikh Ibn Baz rahimahullah pernah ditanya tentang bacaan
surat As Syamsi dan Ad dhuha ketika shalat dhuha. Beliau menjawab:
“Adapun
yang sesuai sunah, engkau membaca surat yang mudah menurutmu setelah membaca Al
Fatihah. Dalam bacaan tersebut tidak ada batasan tertentu, karena yang wajib
hanya Al Fatihah sedangkan tambahannya adalah sunah. Maka jika setelah Al
Fatihah engkau membaca surat As Syamsi, Al Lail, Ad dhuha, Al Insyirah, dan
surat-surat yang lainnya, ini adalah satu hal yang baik.” (Majmu’
Fatawa dan Maqalat Ibn Bazz, 11).
Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Biats (Dewan Pembina Konsultasi Syariah)
Artikel www.KonsultasiSyariah.com
Artikel www.KonsultasiSyariah.com
0 komentar:
Posting Komentar