Sudah begitu lama, ingin agar harapan segera terwujud.
Beberapa waktu terus menanti dan menanti, namun tak juga impian itu datang.
Kadang jadi putus asa karena sudah seringkali memohon pada Allah. Sikap seorang
muslim adalah tetap terus berdo’a karena Allah begitu dekat pada orang yang
berdo’a. Boleh jadi terkabulnya do’a tersebut tertunda. Boleh jadi pula Allah
mengganti permintaan tadi dengan yang lainnya dan pasti pilihan Allah adalah
yang terbaik.
Ayat yang patut direnungkan adalah firman Allah Ta’ala,
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu
tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan
permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku. Maka hendaklah
mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman
kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. Al Baqarah:
186)
Sebagian sahabat radhiyallahu ‘anhum berkata,
“Wahai
Rasulullah, apakah Rabb kami itu dekat sehingga kami cukup bersuara lirih
ketika berdo’a ataukah Rabb kami itu jauh sehingga kami menyerunya dengan suara
keras?” Lantas Allah Ta’ala menurunkan ayat di atas. (Majmu’ Al Fatawa,
35/370)
Abul ‘Abbas Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,
“Kedekatan yang dimaksud dalam ayat ini adalah kedekatan Allah pada orang yang
berdo’a (kedekatan yang sifatnya khusus).” (Majmu’ Al Fatawa, 5/247)
Perlu diketahui bahwa kedekatan Allah itu ada dua
macam:
Kedekatan Allah yang umum dengan ilmu-Nya, ini
berlaku pada setiap makhluk.
Kedekatan Allah yang khusus pada hamba-Nya dan
seorang muslim yang berdo’a pada-Nya, yaitu Allah akan mengijabahi
(mengabulkan) do’anya, menolongnya dan memberi taufik padanya. (Taisir Al
Karimir Rahman, hal. 87)
Kedekatan Allah pada orang yang berdo’a adalah
kedekatan yang khusus –pada macam yang kedua- (bukan kedekatan yang sifatnya
umum pada setiap orang). Allah begitu dekat pada orang yang berdo’a dan yang
beribadah pada-Nya. Sebagaimana disebutkan dalam hadits pula bahwa tempat yang
paling dekat antara seorang hamba dengan Allah adalah ketika ia sujud. (Majmu’
Al Fatawa, 15/17)
Siapa saja yang berdo’a pada Allah dengan menghadirkan
hati ketika berdo’a, menggunakan do’a yang ma’tsur (dituntunkan), menjauhi
hal-hal yang dapat menghalangi terkabulnya do’a (seperti memakan makanan yang
haram), maka niscaya Allah akan mengijabahi do’anya. Terkhusus lagi jika ia
melakukan sebab-sebab terkabulnya do’a dengan tunduk pada perintah dan larangan
Allah dengan perkataan dan perbuatan, juga disertai dengan mengimaninya. (Taisir
Al Karimir Rahman, hal. 87)
Dengan mengetahui hal ini seharusnya seseorang tidak
meninggalkan berdo’a pada Rabbnya yang tidak mungkin menyia-nyiakan do’a
hamba-Nya. Pahamilah bahwa Allah benar-benar begitu dekat dengan orang yang
berdo’a, artinya akan mudah mengabulkan do’a setiap hamba. Sehingga tidak
pantas seorang hamba putus asa dari janji Allah yang Maha Mengabulkan setiap
do’a.
Ingatlah pula bahwa do’a adalah sebab utama agar
seseorang bisa meraih impian dan harapannya. Sehingga janganlah merasa putus
asa dalam berdo’a. Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata, “Do’a adalah sebab
terkuat bagi seseorang agar bisa selamat dari hal yang tidak ia sukai dan sebab
utama meraih hal yang diinginkan. Akan tetapi pengaruh do’a pada setiap orang
berbeda-beda. Ada yang do’anya berpengaruh begitu lemah karena sebab dirinya
sendiri. Boleh jadi do’a itu adalah do’a yang tidak Allah sukai karena
melampaui batas. Boleh jadi do’a tersebut berpengaruh lemah karena hati hamba
tersebut yang lemah dan tidak menghadirkan hatinya kala berdo’a. … Boleh jadi
pula karena adanya penghalang terkabulnya do’a dalam dirinya seperti makan
makanan haram, noda dosa dalam hatinya, hati yang selalu lalai, nafsu syahwat
yang menggejolak dan hati yang penuh kesia-siaan.” (Al Jawaabul Kaafi,
hal. 21). Ingatlah hadits dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
“Tidak ada
sesuatu yang lebih besar pengaruhnya di sisi Allah Ta’ala selain do’a.”
(HR. Tirmidzi no. 3370, Ibnu Majah no. 3829, Ahmad 2/362. Syaikh Al Albani
mengatakan bahwa hadits ini hasan). Jika memahami hal ini, maka
gunakanlah do’a pada Allah sebagai senjata untuk meraih harapan.
Penuh yakinlah bahwa Allah akan kabulkan setiap do’a.
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Berdoalah
kepada Allah dalam keadaan yakin akan dikabulkan, dan ketahuilah bahwa Allah
tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai.” (HR. Tirmidzi no. 3479. Syaikh
Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan)
Lalu pahamilah bahwa ada beberapa jalan Allah kabulkan
do’a. Dari Abu Sa’id, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Tidaklah
seorang muslim memanjatkan do’a pada Allah selama tidak mengandung dosa dan
memutuskan silaturahmi (antar kerabat, pen) melainkan Allah akan beri padanya
tiga hal: [1] Allah akan segera mengabulkan do’anya, [2] Allah akan
menyimpannya baginya di akhirat kelak, dan [3] Allah akan menghindarkan darinya
kejelekan yang semisal.” Para sahabat lantas mengatakan, “Kalau begitu kami
akan memperbanyak berdo’a.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas berkata,
“Allah nanti yang memperbanyak mengabulkan do’a-do’a kalian.” (HR. Ahmad
3/18. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanadnya jayyid). Boleh
jadi Allah menunda mengabulkan do’a. Boleh jadi pula Allah mengganti keinginan
kita dalam do’a dengan sesuatu yang Allah anggap lebih baik. Atau boleh jadi
pula Allah akan mengganti dengan pahala di akhirat. Jadi do’a tidaklah sia-sia.
Ingatlah wejangan yang amat menyejukkan hati dari cucu
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Al Hasan bin ‘Ali radhiyallahu
‘anhuma berkata,
“Barangsiapa
yang bersandar kepada baiknya pilihan Allah untuknya maka dia tidak akan
mengangan-angankan sesuatu (selain keadaan yang Allah pilihkan untuknya).
Inilah batasan (sikap) selalu ridha (menerima) semua ketentuan takdir dalam
semua keadaan (yang Allah) berlakukan (bagi hamba-Nya)” (Lihat Siyaru
A’laamin Nubalaa’ 3/262 dan Al Bidaayah wan Nihaayah 8/39). Pilihan Allah
itulah yang terbaik.
Wallahu waliyyut taufiq.
Panggang-Gunung Kidul, 7 Jumadats Tsaniyah 1432 H
(10/05/2011)
Artikel www.muslim.or.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar