Hukum Seputar Sujud sahwi
Bismillahirrahmanirrahim
Perkenankan kami berbagi…
Hukum seputar sujud sahwi..
Salah satu diantara nikmat yang Allah
berikan kepada para hamba-Nya, Allah mengutus nabi-Nya dari kalangan manusia.
Sehingga memungkinkan bagi mereka untuk meniru beliau dalam semua peristiwa
kehidupannya. Termasuk ketika beliau lupa dalam shalat.Sehingga umatnya bisa
meniru apa yang beliau lakukan ketika lupa dalam shalat.
Sahabat Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu pernah menceritakan,
Suatu ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lupa jumlah rakaat ketika shalat.
Seusai shalat, beliau ditanya para sahabat, apakah ada perubahan jumlah rakaat
shalat?
Jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ أَنْسَى كَمَا تَنْسَوْنَ فَإِذَا نَسِيتُ فَذَكِّرُونِى؛ وَإِذَا شَكَّ أَحَدُكُمْ فِى صَلاَتِهِ فَلْيَتَحَرَّ الصَّوَابَ فَلْيُتِمَّ عَلَيْهِ ثُمَّ لْيَسْجُدْ سَجْدَتَيْنِ
Saya hanyalah manusia biasa. Saya bisa lupa sebagaimana kalian lupa. Jika
saya lupa, ingatkanlah aku. Jika kalian ragu tentang jumlah rakaat shalat
kalian, pilih yang paling meyakinkan, dan selesaikan shalatnya. Kemudian
lakukan sujud sahwi. (HR. Bukhari & Muslim)
Kata sahwi artinya lupa. Disebut sujud
sahwi, karena sujud ini dilakukan ketika lupa dalam shalat. Untuk itulah,
sujud sahwi disyariatkan dalam rangka menutup kekurangan ketika shalat
disebabkan lupa.
Ada beberapa keadaan yang menyebabkan
seseorang disyariatkan sujud sahwi,
Pertama, kekurangan jumlah rakaat
Ketika terjadi kekurangan rakaat shalat
dan baru sadar seusai shalat, maka langsung menambahkan jumlah rakaatnya yang
kurang lalu sujud sahwi setelah salam.
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu menceritakan,
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengimami kami salah satu shalat
siang, Zhuhur atau Ashar. Ketika pada rakaat kedua, beliau salam. Lalu beliau
pergi ke sebatang pohon kurma di arah kiblat masjid. Sementara Di antara jamaah
ada Abu Bakar dan Umar, namun keduanya takut berkomentar. Sementara jamaah yang
punya urusan sudah keluar sambil mengatakan, “Shalatnya diqoshor.” Hingga datag
sahabat yang bergelar Dzul Yadain mendekat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan bertanya, “Ya Rasulullah,
apakah shalat diqashar ataukah anda lupa?”
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menengok ke kanan kirinya,
“Betulkan apa yang dikatakan oleh Dzul Yadain?” Jawab mereka, “Betul, Ya Rasulullah. Anda shalat hanya dua rakaat.”
“Lalu beliau nambahi dua rakaat lagi
sampai salam. Lalu beliau sujud sahwi dua kali, dipisah dengan duduk sebentar.
(HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat yang lain, dari Imran bin
Hushain radhiyallahu ‘anhu,
Bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ngimami shalat Asar lalu
beliau salam pada raka’at ketiga. Setelah itu beliau pulang. Seorang sahabat
bernama al-Khirbaq menyusul beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, memanggil, “Ya Rasulullah!” Lalu dia
menyebutkan kejadian tadi. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kembali ke tempat imam dan
menanyakan, “Apakah benar yang dikatakan orang ini?“
Mereka menjawab, “Ya benar”. Beliaupun
menambahkan satu rakaat, hingga salam. Setelah itu beliau melakukan sujud sahwi
dengan dua kali. Kemudian beliau salam lagi.” (HR. Muslim)
Kedua, kelebihan jumlah rakaat
Ketika ada orang yang kelebihan jumlah
rakaatnya, maka langsung sujud sahwi setelah salam
Sahabat Ibnu Mas’ud pernah menceritakan,
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah shalat bersama kami lima
raka’at. Seusai shalat, kami bertanya, “Ya Rasulullah, apakah anda menambah
dalam shalat?” Lalu beliau pun mengatakan, “Apa yang terjadi?”
“Anda telah mengerjakan shalat lima
raka’at.” Jawab para sahabat.
Lalu beliau bersabda,
إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ أَذْكُرُ كَمَا تَذْكُرُونَ وَأَنْسَى كَمَا تَنْسَوْنَ
“Sesungguhnya aku hanyalah manusia
semisal kalian. Aku bisa memiliki ingatan yang baik sebagaimana kalian. Begitu
pula aku bisa lupa sebagaimana kalian pun demikian.”
Setelah itu beliau melakukan dua kali
sujud sahwi.” (HR. Muslim)
Ketiga, meninggalkan tasyahud awal
Meninggalkan tasyahud awal karena
lupa,ada 2 keadaan;
Pertama, dia baru teringat setelah berdiri sempurna ke rakaat berikutnya. Dalam
kondisi ini, dia tidak perlu turun lagi, dan melanjutkan shalatnya sampai
selesai. Kemudian nanti sujud sahwi sebelum salam.
Kedua, dia teringat sebelum bangkit ke rakaat berikutnya. Dalam kondisi ini dia
langsung duduk tasyahud dan melanjutkan shalat sampai selesai.
Sahabat al-Mughirah bin Syu’bah radhiyallahu ‘anhu menceritakan,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengimami kami shalat
dzuhur dan asar. Tiba-tiba beliau berdiri – lupa tasyahud awal – lalu kami
mengingatkan: ‘Subhanallah’. Beliaupun mengucapkan ‘Subhanallah’. Dan berisyarat dengan tangannya menuruh kami untuk berdiri. Lalu kami
berdiri ke rakaat ketiga. Ketika selesai tasyahud, beliau sujud sahwi sebelum
salam.
Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا قَامَ أَحَدُكُمْ مِنَ الرَّكْعَتَيْنِ فَلَمْ يَسْتَتِمَّ قَائِمًا فَلْيَجْلِسْ فَإِذَا اسْتَتَمَّ قَائِمًا فَلاَ يَجْلِسْ وَيَسْجُدْ سَجْدَتَىِ السَّهْوِ
Apabila kalian bangkit setelah mendapat
2 rakaat, dan belum berdiri sempurna maka hendaknya dia kembali duduk tasyahud.
Dan jika dia sudah berdiri sempurna, maka jangan duduk, dan lakukan sujud sahwi
dua kali. (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)
Keempat, ragu jumlah rakaat
Ragu mengenai jumlah rakaat ketika
shalat ada 2 keadaan:
Pertama, orang yang ragu jumlah rakaat dan dia bisa menentukan mana yang lebih
meyakinkan.
Dalam keadaan ini, dia ambil yang lebih
meyakinkan, kemudian sujud sahwi setelah salam.
Sebagaimana dinyatakan dalam hadis dari
Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
إِذَا شَكَّ أَحَدُكُمْ فِى صَلاَتِهِ فَلْيَتَحَرَّ الصَّوَابَ فَلْيُتِمَّ عَلَيْهِ ثُمَّ لْيُسَلِّمْ ثُمَّ لْيَسْجُدْ سَجْدَتَيْنِ
Jika kalian ragu dengan jumlah rakaat ketika shalat, pilih yang paling
meyakinkan, dan selesaikan shalatnya, sampai salam. Kemudian lakukan sujud
sahwi dua kali. (HR. Bukhari & Muslim)
Kedua, orang yang ragu jumlah rakaat, dan dia sama sekali tidak bisa menentukan
mana yang lebih meyakinkan. Dalam keadaan ini, dia memilih yang lebih sedikit
rakaatnya dan sujud sahwi sebelum salam.
Sebagaimana dinyatakan dalam hadis dari
Abu Said al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
إِذَا شَكَّ أَحَدُكُمْ فِى صَلاَتِهِ فَلَمْ يَدْرِ كَمْ صَلَّى ثَلاَثًا أَمْ أَرْبَعًا فَلْيَطْرَحِ الشَّكَّ وَلْيَبْنِ عَلَى مَا اسْتَيْقَنَ ثُمَّ يَسْجُدُ سَجْدَتَيْنِ قَبْلَ أَنْ يُسَلِّمَ فَإِنْ كَانَ صَلَّى خَمْسًا شَفَعْنَ لَهُ صَلاَتَهُ وَإِنْ كَانَ صَلَّى إِتْمَامًا لأَرْبَعٍ كَانَتَا تَرْغِيمًا لِلشَّيْطَانِ
“Apabila kalian ragu dalam shalatnya, dan tidak mengetahui berapa rakaat
dia shalat, tiga ataukah empat rakaat maka buanglah keraguan itu, dan ambilah
yang yakin. Kemudian sujudlah dua kali sebelum salam. Jika ternyata dia shalat
lima rakaat, maka sujudnya telah menggenapkan shalatnya. Lalu jika ternyata
shalatnya memang empat rakaat, maka sujudnya itu adalah sebagai penghinaan bagi
setan.” (HR. Muslim)
Bagaimana Cara Sujud Sahwi?
- Cara
sujud sahwi sama seperti cara sujud dalam shalat.
- Sujud
sahwi dilakukan dua kali, dipisah dengan duduk sejenak.
- Disyariatkan
untuk membaca takbir setiap kali turun sujud atau bangkit dari sujud.
Sujud sahwi bisa dilakukan sebelum
maupun sesudah salam, tergantung dari kasus lupa yang terjadi dalam shalat.
Dari beberapa hadis di atas, kita bisa membuat rincian,
Pertama, sujud sahwi sebelum salamdilakukan untuk kejadian:
[satu] meninggalkan tasyahud awal.
Semakna dengan itu adalah semua kasus meninggalkan wajib shalat karena lupa
[dua] ragu jumlah rakaat shalat dan
tidak bisa menentukan mana yang lebih meyakinkan.
Kedua, sujud setelah salam, dilakukan untuk kejadian:
[satu] penambahan jumlah rakaat shalat
[dua] penambahan gerakan dalam shalat
[tiga] ragu dan bisa menentukan mana
yang lebih meyakinkan
Dan ulama sepakat, melakukan sujud sahwi
di posisi yang benar, antara sebelum dan sesudah salam, sifatnya anjuran.
Artinya, anda terjadi salah posisi sujud sahwi, shalat tetap sah. Demikian
keterangan al-Khithabi.
Adakah bacaan khusus dalam sujud sahwi?
Terdapat riwayat yang tersebar di
masyarakat tentang bacaan sujud sahwi, dengan lafal, “Subhana man la yanamu wa la yashu (Mahasuci Dzat yang tidak tidur dan
tidak lupa).”
Hanya saja, bacaan ini tidak ada
dalilnya dalamal-Quran,dan hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maupun perbuatan para sahabat.
Al-Hafidz Ibnu Hajar mengatakan, “Doa ini tidak ditemukan di kitab hadis mana
pun.” (Lihat Talkhis Al-Khabir, 2:88)
Untuk itu, tidak ada doa khusus ketika
sujud sahwi, sehingga bacaannya seperti bacaan sujud ketika shalat. Misalnya
membaca: Subhana Rabbiyal A’la.
Ibnu Qudamah rahimahullah mengatakan, “Hendaklah dia membaca di dalam sujud sahwi-nya, bacaan
yang diucapkan di dalam sujud ketika shalat, karena sujud sahwi merupakan sujud
yang serupa dengan sujud shalat.” (Al-Mughni, 2:432–433)
Bagaimana Jika Lupa Sujud Sahwi?
Ketika seseorang lupa dalam shalat, dia
harus melakukan sujud sahwi di akhir shalatnya. Baik sebelum atau sesudah
salam. Namun terkadang, ada orang yang kelupaan untuk melakukan sujud sahwi.
Apa yang harus dia lakukan?
Dalam kasus ini, ulama memberikan
rincian,
Pertama, jika wudhunya belum batal dan jedanya belum lama maka boleh langsung
sujud sahwi. Termasuk kasus imam lupa ketia shalat, namun dia tidak tahu cara
sujud sahwi. Maka dia boleh sujud sahwi ketika diberitahu makmum. Ini merupakan
pendapat Imam Malik, Imam Syafii dalam qoul qadim, al-Auza’i dan yang lainnya.
Kedua, jika wudhunya sudah batal, ulama memberikan 2 rincian,
[satu] jika kasus lupanya berupa
kelebihan rakaat, maka dia langsung wudhu dan sujud sahwi. Karena fungsi sujud
sahwi di sini adalah menghina setan. Demikian keterangan Syaikhul Islam dalam
Majmu’ al-Fatawa
[dua] jika kasus lupanya selain
kelebihan rakaat, maka dia mengulangi shalatnya dari awal. (Shahih Fiqh Sunah).
Sujud Sahwi dalam Shalat Jamaah
Ada beberapa kasus yang penting
diperhatikan terkait sujud sahwi ketika shalat jamaah,
- Jika
imam lupa maka makmum laki-laki mengingatkan imam dengan membaca
‘Subhanallah’. Sementara makmum perempuan menepukkan tangannya.
- Jika
imam sujud sahwi sebelum salam, maka semua makmum ikut sujud sahwi,
termasuk makmum yang masbuk.
- Jika
imam sujud sahwi setelah salam, maka makmum masbuk tidak boleh ikut sujud
sahwi. Sedangkan makmum yang mengikuti shalat dari awal, mereka harus
sujud sahwi bersama imam.
- Dalam
shalat berjamaah, makmum yang lupa bacaan shalat, misalnya tertukar antara
doa rukuk dan sujud, maka makmum tidak wajib sujud sahwi. Karena makmum
tidak boleh sujud sahwi sendirian, sementara imam tidak sujud sahwi.
- Jika
lupa dalam shalat, namun dia tidak sujud sahwi maka makmum berhak
mengingatkan imam agar dia sujud sahwi dan diikuti makmum lainnya.
Demikian…,
Semoga Allah memberi taufiq kepada kita
untuk melakukan sebaik mungkin dalam beribadah kepada-Nya
(https://carasholat.com/742-panduan-sujud-sahwi-dalam-shalat.html)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar