Pertanyaan
بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمنِ
الرَّحِيْمِ
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُه
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُه
Ustadz, ana minta nasehatnya.
Ana paham jika kita minta sesuatu
pada Allah namun tidak mendapatkan yang kita inginkan, itu adalah kebaikan
untuk kita.
Misal, kita minta mobil, rumah, atau jabatan tetapi
Allah belum beri karena Allah mengetahui kalau Allah beri kita bisa semakin jauh dari Allah atau kita tidak bisa bertanggung jawab atas apa yang diberikan.
Misal, kita minta mobil, rumah, atau jabatan tetapi
Allah belum beri karena Allah mengetahui kalau Allah beri kita bisa semakin jauh dari Allah atau kita tidak bisa bertanggung jawab atas apa yang diberikan.
Bagaimana sikap kita seharusnya
jika kita meminta kebaikan tetapi belum diberikan?
Sudah berdoa mohon perlindungan
dari fitnah hidup setiap hari (5 kali sehari), berdoa berlindung dari 4 hal
saat sebelum salam dalam shalat, yang mana sudah dikerjakan bertahun- tahun,
tetapi Allah belum beri juga, padahal ana sudah berprasangka baik bahwa Allah
akan kabulkan.
Ana jadi bingung ustadz, mustahil
Allah tidak sesuai prasangka hambanya kan?
Bahkan kita dibiarkan terkena fitnah.
Bukankah jadi dosa terus selama Allah belum kabulkan ? Misal, saat minta diberi ahlak mulia, hati dan pikiran yang bersih, dan kesabaran. Atau minta dibebaskan dari sifat malas, lemah hati, penyakit hati, pengecut, fitnah hidup dan mati atau yang paling umum minta menikah.
Bahkan kita dibiarkan terkena fitnah.
Bukankah jadi dosa terus selama Allah belum kabulkan ? Misal, saat minta diberi ahlak mulia, hati dan pikiran yang bersih, dan kesabaran. Atau minta dibebaskan dari sifat malas, lemah hati, penyakit hati, pengecut, fitnah hidup dan mati atau yang paling umum minta menikah.
Apakah sikap kita kemudian sama
seperti saat kita tidak dapat mobil atau jabatan yang kita inginkan ?
-Menerima kalau ahlak kita masih buruk.
-Menerima kalau kita masih terkena fitnah hidup.
-Menerima kalau kita masih ada penyakit hati, malas, dll
Sambil terus ikhtiar memperbaiki diri?
Apakah benar sikap kita harus menerima keadaan yang buruk itu ? Apakah tidak jadi dosa ?
-Menerima kalau ahlak kita masih buruk.
-Menerima kalau kita masih terkena fitnah hidup.
-Menerima kalau kita masih ada penyakit hati, malas, dll
Sambil terus ikhtiar memperbaiki diri?
Apakah benar sikap kita harus menerima keadaan yang buruk itu ? Apakah tidak jadi dosa ?
Kenapa Allah tidak kasih saja
ahlak baik saat seseorang memintanya ? Bukankah tidak ada keburukan di situ ?
Atau pahala bersabar, karena belum diberi ahlak baik itu lebih besar keutamaannya sehingga bisa menutup dosa yang dilakukan (saat Allah belum mengabulkan doa mohon ahlak yang baik) ?
Atau pahala bersabar, karena belum diberi ahlak baik itu lebih besar keutamaannya sehingga bisa menutup dosa yang dilakukan (saat Allah belum mengabulkan doa mohon ahlak yang baik) ?
Jazakallah khoyron, Ustadz.
( Dari Sahabat BiAS )
Jawaban
وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ
وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْـمِ اللّهِ
بِسْـمِ اللّهِ
Alhamdulillāh
Washshalātu wassalāmu ‘alā rasūlillāh, wa ‘alā ālihi wa ash hābihi ajma’in.
Washshalātu wassalāmu ‘alā rasūlillāh, wa ‘alā ālihi wa ash hābihi ajma’in.
Semoga kita semua, anda dan saya,
senantiasa diberikan kelembutan hati serta peka terhadap segala ketentuan Alloh
sehingga bisa menggambil hikmah dari setiap kejadian.
Berkaitan dengan doa, kita
sebagai seorang muslim hendaknya senantiasa
husnudzon pada Alloh dengan segala ketetapanNYA, baik yang
telah berlalu, kini, ataupun nanti.
Sebab tolok ukur kebaikan bukanlah di mata kita, melainkan di mata Alloh Jalla wa ‘Alaa.
Sebab tolok ukur kebaikan bukanlah di mata kita, melainkan di mata Alloh Jalla wa ‘Alaa.
وَعَسَىٰٓ أَن تَكۡرَهُواْ شَيۡٔٗا
وَهُوَ خَيۡرٞ لَّكُمۡۖ وَعَسَىٰٓ أَن تُحِبُّواْ شَيۡٔٗا وَهُوَ شَرّٞ لَّكُمۡۚ
وَٱللَّهُ يَعۡلَمُ وَأَنتُمۡ لَا تَعۡلَمُونَ
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu,
dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu.
Alloh mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS
Al-Baqoroh : 216)
Jadi, tidak cukup hanya dengan
mengetahui bahwa kalau sakit itu sebagai penggugur dosa, lantas ia pasrah
dengan sakitnya. Juga tidak cukup hanya dengan sabar saat mengetahui hajatnya
belum dikabulkan oleh Alloh.
Sebab bagi seorang hamba selain berdoa ia juga harus memaksimalkan ikhtiar dan terus husnudzon padaNya.
Sebab bagi seorang hamba selain berdoa ia juga harus memaksimalkan ikhtiar dan terus husnudzon padaNya.
Kalau kita masih berpikir kenapa
tidak Alloh kabulkan saja hajat baik ini, toh didalamnya ada mashlahat besar?
Ini namanya kita belum benar-benar husnudzon dengan taqdir Alloh, karena masih mengira kebaikan itu dari sudut pandang kita.
Ini namanya kita belum benar-benar husnudzon dengan taqdir Alloh, karena masih mengira kebaikan itu dari sudut pandang kita.
Bisa jadi kita minta mobil dan
tidak dikabulkan karena ada bibit sombong yang besar dalam diri kita, sedangkan
Alloh tidak menyukai kesombongan.
Kita pun juga harus terus
ikhtiar untuk mendapatkan hajat, betapapun kuatnya doa
kita, betapapun besarnya husnudzon kita, tetap ikhtiar adalah syarat mutlak
untuk mendapatkan hasil, sebagaimana firman Alloh:
إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا
بِقَوۡمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنفُسِهِمۡۗ
“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga
mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS
Ar-Ra’d 11)
Termasuk dalam hal ikhtiar sikap,
adalah peka terhadap
sinyal baik yang Alloh kirimkan melaluinya.
Misal:
Misal:
– Jika ada seseorang yang ingin
mejadi sholih dan sudah berdoa kepada Alloh, tapi ketika mendengar adzan justru
berpaling dariNya, tidak menjawab seruanNya, bagaimana mungkin Alloh kabulkan
yang demikian?
– Jika ada seseorang ingin menjadi pribadi yang sabar, sudah berdoa pada Alloh, namun saat sedang ada konflik dengan temannya ia justru menjadi tuli ketika mendengar nasihat, acuh saat ada yang melerai, maka bagaimana mungkin Alloh akan mengabulkannya?
– Jika ada seseorang ingin menjadi pribadi yang sabar, sudah berdoa pada Alloh, namun saat sedang ada konflik dengan temannya ia justru menjadi tuli ketika mendengar nasihat, acuh saat ada yang melerai, maka bagaimana mungkin Alloh akan mengabulkannya?
»Ini seperti seseorang yang ingin
minum kopi, tapi membuang gula yang ada di depannya, membuang gelas yang ada di
sampingnya, dan melempar sendok yang ada di tangannya.
Kenapa? Karena ketika ia menginginkan kopi, ia berharap ada segelas kopi yang tiba-tiba muncul di hadapannya, instan! Padahal ketika Alloh mengirimkan gula di depannya itu adalah sinyal baik dan tanggapan atas doanya. Semuanya tetap butuh proses dan kesabaran!
Kenapa? Karena ketika ia menginginkan kopi, ia berharap ada segelas kopi yang tiba-tiba muncul di hadapannya, instan! Padahal ketika Alloh mengirimkan gula di depannya itu adalah sinyal baik dan tanggapan atas doanya. Semuanya tetap butuh proses dan kesabaran!
Ingatlah, bahwa bisa jadi sikap
kita yang tergesa-gesa itulah justru menjadi penghalang
utama dari terkabulnya suatu doa, sebagaimana yang
disampaikan oleh
Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam,
Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam,
يُسْتَجَابُ لأَحَدِكُمْ مَا لَمْ
يَعْجَلْ يَقُولُ دَعَوْتُ فَلَمْ يُسْتَجَبْ لِى
“Doa kalian akan dikabulkan selama tidak tergesa-gesa. Dia
mengatakan, ‘Saya telah lama berdoa, tetapi tidak kunjung dikabulkan’.” [Muttafaqun
‘Alaih]
Padahal kalau kita terus berdoa,
sembari husnudzon dan ikhtiar yang disertai kesabaran, Insya Alloh akan
diijabah hajat-hajat kita selama itu adalah sebuah kebaikan dan bukan pemutus
silaturrohmi, Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi
wa sallam bersabda,
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو
بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيهَا إِثْمٌ ، وَلاَ قَطِيعَةُ رَحِمٍ ، إِلاَّ أَعْطَاهُ
اللَّهُ بِهَا إِحْدَى ثَلاَثٍ : إِمَّا أَنْ تُعَجَّلَ لَهُ دَعْوَتُهُ ،
وَإِمَّا أَنْ يَدَّخِرَهَا لَهُ فِي الآخِرَةِ ، وَإِمَّا أَنْ يَصْرِفَ عَنْهُ
مِنَ السُّوءِ مِثْلَهَا قَالُوا : إِذًا نُكْثِرُ ، قَالَ : اللَّهُ أَكْثَرُ.
“Tidak ada seorang muslim pun yang berdoa dengan sebuah doa yang
tidak terkandung di dalamnya dosa dan pemutusan silaturahmi, kecuali Alloh akan
memberikannya salah satu dari ketiga hal berikut:
Alloh akan mengabulkannya dengan segera, mengakhirkan untuknya di akhirat atau memalingkannya dari keburukan yang semisalnya . Para sahabat berkata, “Kalau begitu kami akan memperbanyak doa kami.” Beliau berkata, “Alloh lebih banyak lagi.” [HR Ahmad 11133]
Alloh akan mengabulkannya dengan segera, mengakhirkan untuknya di akhirat atau memalingkannya dari keburukan yang semisalnya . Para sahabat berkata, “Kalau begitu kami akan memperbanyak doa kami.” Beliau berkata, “Alloh lebih banyak lagi.” [HR Ahmad 11133]
Semoga kita termasuk
hamba-hambaNya yang pandai mengambil hikmah dari setiap kisah pada kehidupan
kita, menyadari bahwa Alloh memberi yang kita butuhkan dengan kacamata kebaikan
menurutNya, bukan yang kita inginkan dengan kacamata kebaikan menurut kita.
Sebab ketiga bentuk ijabah Alloh terhadap doa kita, semuanya
pasti demi kebaikan kita .
Wallahu ‘Alam.
Wabillahittaufiq.
Wabillahittaufiq.
Dijawab dengan ringkas oleh:
Ustadz Rosyid Abu Rosyidah حفظه الله
(Dewan Konsultasi Bimbinganislam.com)
Ustadz Rosyid Abu Rosyidah حفظه الله
(Dewan Konsultasi Bimbinganislam.com)
Sumber: bimbinganislam.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar