Foto: Faridan M.Dawam
Hiruk pikuknya kehidupan dunia, dan sibuknya manusia bekerja, sering membuat kebanyakan orang melalaikan tugasnya sebagai hamba Allah, yakni meninggalkan sholat dengan alasan sibuk kerja.
Realita menyedihkan seperti ini banyak kita jumpai dimana-mana. Para petani sibuk dengan sawah ladangnya. Para pegawai sibuk dengan tugasnya. Para guru sibuk mengajar. Para pekerja ringan dan berat sibuk dengan pekerjaannya. Ibu rumah tangga sibuk dengan tugas rumah. Para pedagang sibuk dengan jual-belinya. Intinya, banyak diantara mereka yang terlena dengan dunia dan aktifitasnya, lalu lupa dengan sholatnya dan sujudnya di hadapan Allah. Padahal suara adzan dan waktu sholat telah tiba.
Parahnya lagi, ada diantara mereka yang tidak lagi mengerjakan sholat lima waktu, bahkan sholat jum’at pun ditinggalkan sampai hampir saja kita tak mengenalnya sebagai seorang muslim, karena ia tak pernah menunaikan sholat. Realita pahit ini anda bisa lihat di pasar-pasar, mall-mall, kantor-kantor dan lainnya; banyak diantara orang yang mengaku muslim, tapi tak sholat jum’at.
Orang yang seperti ini berhak memperoleh ancaman yang disebutkan oleh Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- dalam sabdanya,
مَنْ تَرَكَ ثَلَاثَ جُمَعٍ تَهَاوُنًا بِهَا طَبَعَ اللَّهُ عَلَى قَلْبِهِ
“Barangsiapa yang meninggalkan sholat jum’at sebanyak tiga kali, karena ia meremehkannya, maka Allah akan menutup hatinya”. [HR. Abu Dawud (no. 1052), At-Tirmidziy (no. 500), dan An-Nasa'iy (no. 1368). Hadits ini di-shohih-kan oleh Syaikh Al-Albaniy dalam Shohih At-Targhib (no. 727)]
Seorang yang telah tertutup hatinya akan susah menerima nasihat, dan tidak akan mendapatkan hidayah. Bahkan terkadang nasihat dianggap celaan, kebaikan dianggap keburukan; atau sebaliknya. Orang yang suka meninggalkan sholat jum’at dan sibuk dengan urusan dirinya akan mudah terseret menuju lembah kemunafikan. Inilah yang disinyalir oleh Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- dalam sebuah sabdanya,
مَنْ تَرَكَ الْجُمْعَةَ ثَلاَثًا مِنْ غَيْرِ عُذْرٍ فَهُوَ مُنَافِقٌ
“Barangsiapa yang meninggalkan sholat jum’at sebanyak tiga kali, tanpa ada udzur, maka ia adalah munafik”. [HR. Ibnu Khuzaimah dalam Shohih-nya dan Ibnu Hibban dalam Shohih-nya. Lihat Shohih At-Targhib (1/451)]
Seorang yang meninggalkan sholat, baik itu sholat wajib lima waktu, maupun sholat Jum’at, akan terancam kafir. Sebab jika mudah melanggar dan meninggalkan hak Allah (yakni, sholat), maka ia akan mudah melakukan pelanggaran sebagaimana hal ini terlihat dalam realita.
Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- mengancam orang yang meninggalkan sholat,
الْعَهْدُ الَّذِي بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ الصَّلَاةُ فَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ كَفَرَ
“Perjanjian antara kami dengan mereka (kaum munafik) adalah sholat. Barangsiapa yang meninggalkannya, maka sungguh ia telah kafir”. [HR. At-Tirmidziy (2621), An-Nasa'iy (462), dan Ibnu Majah (1079). Hadits ini di-shohih-kan oleh Al-Albaniy dalam Takhrij Al-Misykah (no. 574)]
Seorang ulama tabi’in, Abdullah bin Syaqiq Al-Uqoiliy -rahimahullah- berkata,
كَانَ أَصْحَابُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَرَوْنَ شَيْئًا مِنْ الْأَعْمَالِ تَرْكُهُ كُفْرٌ غَيْرَ الصَّلَاةِ
“Dahulu para sahabat Muhammad -Shallallahu alaihi wa sallam- tidaklah memandang suatu amalan sebagai kekafiran karena meninggalkannya, selain sholat”. [HR. At-Tirmidziy (no. 2622). Hadits ini di-shohih-kan oleh Syaikh Al-Albaniy dalam Ats-Tsamr Al-Mustathob (1/52)]
Ulama Negeri India, Al-Imam Al-Mubarokfuriy -rahimahullah- berkata, “Bahkan ucapan Abdullah bin Syaqiq ini berdasarkan lahiriahnya, menunjukkan bahwa para sahabat Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- dahulu meyakini bahwa meninggalkan sholat adalah kekafiran. Yang tampak dari konteks ini bahwa pernyataan ini telah disepakati oleh para sahabat”. [Lihat Tuhfah Al-Ahwadziy (7/406)]
Ini merupakan ancaman keras bagi orang-orang yang malas menunaikan sholat; ia diancam dengan kekafiran, Na’udzu billah. Di hari kiamat nanti ia akan dikumpulkan bersama para pembesar kekafiran. [Lihat Ats-Tsamr Al-Mustathob (hal. 52-53)]
Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda,
مَنْ حَافَظَ عَلَيْهَا كَانَتْ لَهُ نُورًا وَبُرْهَانًا وَنَجَاةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَمَنْ لَمْ يُحَافِظْ عَلَيْهَا لَمْ يَكُنْ لَهُ نُورٌ وَلَا بُرْهَانٌ وَلَا نَجَاةٌ وَكَانَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَعَ قَارُونَ وَفِرْعَوْنَ وَهَامَانَ وَأُبَيِّ بْنِ خَلَفٍ
“Barangsiapa yang memelihara sholatnya, niscaya sholatnya akan menjadi cahaya, hujjah, dan keselamatan baginya di hari kiamat. Barangsiapa yang tidak menjaganya, maka ia tak akan memiliki cahaya, hujjah, dan keselamatan. Di hari kiamat kelak akan bersama Qorun, Fir’aun, Haman dan Ubaiy bin Kholaf”. [HR. Ahmad dalam Al-Musnad (2/169), Ad-Darimiy dalam Sunan-nya (no. 2/301), Ath-Thohawiy dalam Al-Musykil (no. 3180 & 3181), dan Ibnu Hibban dalam Shohih-nya (no. 1467). Hadits ini di-hasan-kan oleh Al-Albaniy dalam Takhrij Al-Misykah (no. 578)]
Orang yang suka meninggalkan sholat akan dikumpulkan pada hari kiamat bersama Qorun yang dilalaikan oleh hartanya, Fir’aun yang dilalaikan oleh kekuasaannya, Haman yang dilalaikan oleh ilmu dunianya. Karena banyak diantara manusia yang meninggalkan sholat akibat ia dilalaikan oleh kekuasaan, harta, dan ilmu pengetahuannya!!!
Banyak orang yang meninggalkan sholat demi meraih keuntungan dunia yang semu sehingga seakan dunia adalah tujuan akhirnya. Padahal dunia hanyalah persinggahan sementara, lalu kita akan melanjutkan perjalanan menuju akhirat, dan sebelumnya kita akan disambut oleh alam kubur.
Sedang sebaik-baik bekal ketaqwaan seorang hamba muslim di alam kubur dan di akhirat adalah sholatnya. Sholat ini jika dibandingkan dengan dunia dan segala isinya, maka dunia tak ada nilainya.
Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda saat melewati sebuah kubur,
رَكْعَتَانِ أَحَبُّ إِلَى هَذَا مِنْ بَقِيَّةِ دُنْيَاكُمْ
“Dua raka’at lebih dicintai oleh penghuni kubur ini dibandingkan seluruh dunia kalian”. [HR. Ath-Thobroniy dalam Al-Awsath (no. 907). Di-shohih-kan oleh Syaikh Al-Albaniy dalam Ash-Shohihah (no. 1388)]
Para pembaca yang budiman, bila anda mau mengetahui nilai Islam dan kecintaan seseorang kepadanya, maka lihatnya kepada sholatnya.
Al-Imam Ahmad bin Hambal Asy-Syaibaniy -rahimahullah- berkata, “Hanyalah bagian mereka dari Islam sesuai bagian mereka dari sholat. Kecintaan mereka terhadap Islam adalah berdasarkan kadar kecintaan mereka terhadap sholat. Kenalilah dirimu –wahai hamba Allah-. Waspadalah jangan sampai anda bertemu dengan Allah -Azza wa Jalla-, sedang Islam tak ada nilainya di sisimu, karena nilai Islam dalam hatimu seperti nilai sholat dalam hatimu”. [Lihat Al-Qoul Al-Mubin fi Akhtho' Al-Mushollin (hal. 14)]
Banyak diantara manusia yang melalaikan sholat, lebih betah duduk berjam-jam di café dan warung, lebih bersabar melakukan upacara bendera, lebih kuat kakinya berdiri melayani para pembeli dibandingkan sholat sepuluh atau lima belas menit. Dia tak mengenal sholat, kecuali di hari jum’at, atau hari raya. Adapun sisa-sisa hari dan umurnya, maka ia habiskan untuk dunianya. Seakan-akan ia adalah hewan ternak yang hidup bebas, tanpa beban dan tanggung jawab di hadapan pemiliknya.
Dahulu sholat adalah sesuatu yang amat berharga di sisi para sahabat dan pengikutnya yang setia sampai mereka amat menyesal jika tertinggal sholat jama’ah. Tak ada dalam lembaran sejarah mereka bahwa ada diantara mereka yang meninggalkan sholat. Itulah generasi terbaik yang menjadi teladan bagi kaum muslimin.
Kemudian muncullah di zaman ini generasi pelanjut yang amat buruk. Generasi ini melalaikan sholat, dan memperturutkan hawa nafsunya. Inilah yang disinyalir oleh Allah dalam firman-Nya,
“Lalu datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya. Karenanya, mereka kelak akan menemui kesesatan, kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh. Maka mereka itu akan masuk syurga dan tidak dianiaya (dirugikan) sedikitpun”. (QS. Maryam : 59-60)
Bila sholat saja mereka sia-siakan, maka pasti mereka akan lebih menyia-nyiakan kewajiban lain. Karena sholat adalah tiang agama, dan pilarnya serta sebaik-baik amalan para hamba. Mereka (generasi pelanjut ini) menuju kepada keinginan-keinginan dunia dan berbagai kelezatannya, serta akan ridho (puas) dengan dunia dan merasa tenang dengannya. Mereka itulah kelak akan menemui kerugian di akhirat. [LihatTafsir Ibnu Katsir (5/243)]
Seorang yang meninggalkan sholat akan tersesat jauh dari petunjuk agama dan segala kebaikan yang bermanfaat baginya di akhirat. Dia lebih senang mengikuti selera dan keinginannya. Waktunya banyak terbuang untuk perkara yang sia-sia, bahkan dalam maksiat. Karenanya, mereka lebih senang menghabiskan waktunya di depan televisi untuk menonton tayangan-tayangan haram ala pamer aurat. Mereka rela meninggalkan sholat demi menyaksikan pertandingan sepak bola yang dilakoni oleh kesebelasan idola mereka.
Meninggalkan sholat merupakan sebab jauhnya seseorang dari kumpulan orang-orang baik, lalu pada gilirannya memilih bergabung bersama orang-orang bejat, durhaka, atau bahkan kafir. Merekalah kelak yang akan menemui kerugian dan penyesalan di dalam neraka. Allah -Ta’ala- berfirman menjelaskan sebab hamba masuk Neraka Saqor,
“Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?” Mereka menjawab: “Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat” (QS. Al-Muddatstsir : 42-43)
Para pembaca yang budiman, salah satu akibat yang akan diterima oleh orang yang meninggalkan sholat, hatinya akan ditutup oleh Allah, dan pada akhirnya ia akan berubah menjadi munafik. Kalaupun ia sekali-kali sholat (misalnya, di hari jum’at atau hari raya), maka ia tak sholat karena mencari pahala dari Allah, tapi hanya untuk setor muka alias cari-cari muka agar orang lain tahu bahwa ia juga sholat.
Sungguh sial orang seperti ini!! Ketika di dunia ia diajak dan disuruh sholat, ia enggan dan lebih senang berleha-leha dan menghabiskan waktu dibandingkan menjawab panggilan adzan, tapi kelak nanti ia akan dihinakan. Allah -Azza wa Jalla- berfirman,
“Pada hari betis disingkapkan dan mereka dipanggil untuk bersujud; Maka mereka tidak mampu (untuk bersujud), (dalam keadaan) pandangan mereka tunduk ke bawah, lagi mereka diliputi kehinaan. Dan sesungguhnya mereka dahulu (di dunia) diseru untuk bersujud, dan mereka dalam keadaan sejahtera”. (QS. Al-Qolam : 42-43)
Ini merupakan perintah yang mengandung kecaman bagi orang yang meninggalkan sholat. An-Naqqosy-rahimahullah- berkata, “Hal itu bukanlah pembebanan bagi mereka untuk bersujud, sedang mereka tak mampu, tapi itu adalah kecaman bagi mereka akibat mereka meninggalkan sujud (yakni, sholat saat ia di dunia)”. [Lihat Zaadul Masir (6/62)]
Hal ini menjelaskan kepada kita bahwa meninggalkan sholat adalah dosa besar yang akan mendapatkan hukuman berat di sisi Allah. Lantaran itu, hendaknya para pemalas itu sadar dan bertobat, lalu bersegera menunaikan sholat, karena mencari ridho Allah, bukan mencari perhatian manusia.
Ibnu Hazm Al-Andalusiy -rahimahullah- berkata, “Tak ada dosa setelah syirik yang lebih besar dibandingkan meninggalkan sholat sampai keluar waktunya, dan juga membunuh seorang mukmin, tanpa haq”. [Lihat Al-Kaba'ir (hal. 14), karya Adz-Dzahabiy, dengan tahqiq Samir bin Amin Az-Zuhairiy, cet. Maktabah Al-Ma'arif, 1421 H]
Terakhir kami nasihatkan kepada seluruh kaum muslimin agar selalu memperhatikan sholatnya. Sesibuk apapun, jangan lupa sholat!! Latihlah anak-anak kalian menunaikan sholat. Perintahkanlah orang-orang yang ada di bawah asuhanmu untuk mengerjakan sholat, dan wasiatilah mereka agar selalu sholat. Janganlah anda membiarkan mereka lalai dan meremehkan sholat, karena ini adalah tanggung jawab kita bersama.
Sumber : Buletin Jum’at At-Tauhid. Penerbit : Pustaka Ibnu Abbas. Alamat : Jl. Bonto Te’ne No. 58, Kel. Borong Loe, Kec. Bonto Marannu, Gowa-Sulsel. Pimpinan Redaksi/Penanggung Jawab : Ust. Abu Fa’izah Abdul Qadir Al Atsary, Lc. Editor/Pengasuh : Ust. Abu Fa’izah Abdul Qadir Al Atsary, Lc. Layout : Abu Dzikro. Untuk berlangganan/pemesanan hubungi : Ilham Al-Atsary (085255974201) atau klik di sini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar