Pages - Menu

Pages - Menu

Pages

Ceramah · Abdullah Shaleh Hadrami · 33 Sebab Khusyu' dalam Sholat

Berikut ini kami hadirkan ceramah dengan judul "33 Sebab Khusyu' Dalam Shalat" (http://kajian.net) yang disampaikan oleh Ustadz Abdullah Shaleh Hadrami. Silahkan klik dibawah ini.......

Ceramah · Abdullah Shaleh Hadrami · 33 Sebab Khusyu' dalam Sholat:


33 CARA MENGGAPAI KHUSYU’ DALAM SHALAT


PERTAMA: MEMELIHARA HAL-HAL YANG DAPAT MENDATANGKAN & MENGUATKAN KEKHUSYU’AN
1- Bersiap-siap penuh untuk mendirikan shalat. Hal tersebut bisa didapatkan dengan berbagai cara, diantaranya; dengan menirukan suara adzan, membaca doa yang disyari’atkan setelah adzan, memperbanyak doa antara adzan dan iqamah, menyempurnakan wudhu disertai dzikir dan doanya, mengenakan siwak, memakai pakaian yang bersih, membaca takbir, pergi ke masjid dengan tenang dan tiada tergesa-gesa, menanti imam dan meluruskan shaf serta merapatkannya.
2- Tuma’ninah dalam mendirikan shalat. Adalah Nabi  bertuma’ninah hingga seluruh tulangnya kembali pada tempatnya.
3- Mengingat kematian dalam shalat. Hal ini berdasarkan hadits Rasulullah : “Ingatlah kematian dalam shalatmu. Sesunguhnya jika seseorang mengingat maut akan mendorongnya khusyu’ dalam shalatnya. Dirikanlah shalat seperti orang yang mengira tidak akan shalat lagi.”
4- Tadabbur (merenungkan) arti ayat yang terbaca juga bacaan dzikir lainnya. Tadabbur tidak akan didapatkan kecuali dengan mengetahui arti apa yang dibaca. Jika memahami artinya maka akan menghasilkan tangisan. Allah berfirman: “Dan orang-orang yang apabila diingatkan dengan ayat-ayat Rabb mereka, mereka tiadalah menghadapinya sebagai orang-orang yang tuli dan buta”. (Al-Furqan: 73). Termasuk hal yang memudahkan untuk tadabbur ialah berinteraksi dengan ayat-ayat yang dibacakan. Demikian pula termasuk bentuk interaksi dengan ayat ialah membaca amin setelah bacaan surah Al-Fatihah, sebab hal ini mengandung pahala yang agung. Nabi  bersabda: “Jika imam membaca “amin” maka ucapkanlah amin. Karena sesungguhnya siapa saja yang “amin” nya bertepatan dengan “amin” malaikat maka diampunkan dosa-dosanya yang telah lalu”. (HR. Bukhari). Juga berinteraksi dengan imam saat dia membaca: “Sami’allaahu liman hamidah”, maka makmum mengucapkan: “Rabbanaa walakal hamd”.
5- Membaca ayat dengan pelan dan sepotong-sepotong. Hal ini akan memudahkan dalam memahaminya. Juga mengikuti sunnah Rasulullah . Karena beliau senantiasa membaca ayat dengan amat jelas huruf demi huruf.
6- Membaca Al-Qur’an dengan tartil dan memperbaiki suaranya. Allah berfirman: “dan bacalah Al-Qur’an dengan tartil”. (Al-Muzzammil: 4). Juga karena hadits: “Hiasilah Al-Qur’an dengan suaramu, karena suara bagus itu akan menambahkan keindahan bagi Al-Qur’an.” (HR. Hakim).
7- Hendaknya mengetahui bahwa Allah mengabulkan permintaanya dalam shalat tersebut. Nabi  bersabda: “Allah berfirman: “Aku bagi shalat itu untukKu dan untuk hambaKu. Bagi hambaKu apa yang dia minta”, jika dia mengatakan: “al-hamdu lillaahi rabbil ‘aalamiin”, Allah berfirman: “HambaKu memujiKu”. Jika dia mengucapkan: “Ar-Rahmaanir Rahiim”, Allah berfirman: “HambaKu memuji Diriku”. Jika dia berkata: “Maaliki yaumiddiin”, maka Alllah berfirman: “HambaKu mengagungkanKu”. Jika dia mengucapkan: “Iyyaaka na’budu wa-iyyaaka nasta’iin”, maka Allah berfirman: “Ini adalah antara Diriku dan hambaKu dan baginya apa saja yang dia minta”. Jika dia mengucapkan: “Ihdinas shiraathal mustaqiim”, maka Allah berfirman: “Ini khusus untuk hambaKu dan baginya apa saja yang dia minta”.
8- Mendirikan shalat sambil mendekat kepada sutrah (pembatas shalat). Termasuk salah satu yang bisa menolong untuk mengais kekhusyu’an adalah memperhatikan sutrah, karena dalam mendekatkan diri kepada sutrah dalam shalat terkandung berbagai faedah, diantaranya; menahan pandangan dari apa yang ada dibelakang sutrah, menghalangi orang yang akan melewatinya, mencegah setan melewatinya untuk merusak shalatnya. Nabi  bersabda: “Jika salah seorang di antara kalian sedang mendirikan shalat (menghadap) ke sutrah maka sebaiknya ia mendekat daripadanya hingga setan tidak dapat memotong shalatnya”. (HR. Abu Daud)
9- Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri di atas dada. Adalah Rasulullah  jika berdiri dalam shalat beliau meletakkan tangan kanan di atas tangan kirinya dan beliau meletakkannya di atas dada beliau. Hikmahnya adalah; hal ini termasuk cara orang hina yeng meminta dan merupakan penahan dari tindakan main-main serta sangat menolong untuk mendapatkan kekhusyu’an.
10- Melihat ke tempat sujud. Hal itu berdasarkan hadits riwayat A’isyah, “Adalah Rasulullah  jika shalat beliau menundukkan kepalanya dan melemparkan pandangannya ke tanah. Sedangkan bila duduk tasyahhud, maka beliau melihat ke jari telunjuknya yang beliau gerak-gerakkan”.
11- Menggerakkan jari telunjuk. Dalam hal ini, Nabi  bersabda: “Menggerakkan telujuk itu lebih menyakitkan bagi setan daripada ia tertimpa besi”. (HR. Ahmad). Memberi isyarat dengan telunjuk mengingatkan hamba kepada wahdaaniyatillah (ke-EsaanNya) dan rasa ikhlas dalam segala ibadah. Hal ini merupakan hal yang paling dibenci setan, semoga Allah melindungi kita dari godaan dan tipu dayanya.
12- Mengganti-ganti bacaan ayat dan dzikir dalam shalat. Hal ini membawa orang yang mengerjakan shalat kepada perasaan arti baru dan kandungan ayat dan dzikir yang beraneka ragam. Menggonta-ganti bacaan termasuk sunnah dan lebih menyempurnakan kadar kekhusyu’an.
13- Hendaknya melakukan sujud tilawah saat mendapati ayat sajdah. Allah berfirman: “Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu’”. (Al-Isra’: 109). Juga: “Jika dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka segera menyungkur dan bersujud”. (Maryam: 58). Nabi  bersabda: “Jika anak Adam membaca ayat sajdah lalu dia bersujud maka setan meninggalkannya sambil menangis dan mengucapkan, sungguh celaka diriku, anak Adam disuruh sujud lalu melakukannya maka dia mendapatkan surga sedangkan saya disuruh sujud tapi saya membangkang maka saya mendapatkan neraka”. (HR. Muslim)
14- Berlindung diri kepada Allah dari setan. Setan adalah musuh besar kita. Termasuk bukti nyata permusuhannya ialah membisikkan kepada orang yang sedang shalat agar hilang khusyu’nya dan menodai shalatnya. Setan berfungsi sebagai begal (penyamun) bagi hamba yang ingin pergi menuju Rabbnya. Maka dari itu, hendaknya seorang hamba itu bersikap teguh dan sabar serta senantiasa berdzikir dan shalat, sebab kondisi seperti ini bisa mengusir tipu daya setan. Allah berfirman: “Sesungguhnya tipu daya setan itu adalah lemah”. (An-Nisa’: 76)
15- Memikirkan dan mencontoh para salaf dalam shalat mereka. Adalah Ali bin Abu Thalib jika datang waktu shalat maka bergetar wajahnya. Saat ditanya: Kenapa anda? Maka beliau menjawab: Sungguh telah datang waktu amanah yang telah ditawarkan kepada langit, bumi dan gunung maka mereka menolak dan merasa tidak mampu lalu kita yang mengembannya. Sedangkan Sa’id At-tanukhi, jika shalat maka air matanya mengalir tiada berhenti hingga membasahi jenggotnya.
16- Memahami keistimewaan khusyu’ dalam shalat. Di antaranya ialah hadits: “Tiada seorang muslimpun yang saat kedatangan waktu shalat lalu ia menyempurnakan wudhunya, khusyu’ dan ruku’nya kecuali menjadi pelebur dosa yang telah ia lakukan selama ia tidak melakukan dosa besar, dan itulah selama setahun penuh”. (HR. Muslim)
17- Bersungguh-sungguh dalam berdoa utamanya saat sujud. Allah berfirman: “Berdoalah (beribadahlah) kalian kepada Rabb kalian dengan berendah diri dan suara yang lembut”. (Al-A’raf: 55). Nabi  bersabda: “Sungguh jarak antara seorang hamba dengan Rabbnya yang paling dekat ialah saat ia bersujud, maka perbanyaklah doa di dalamnya “. (HR. Muslim)
18- Membaca dzikir-dzikir yang masyru’ setelah shalat. Karena bisa menolong untuk meneguhkan pengaruh khusyu’ dalam hati dan menguatkan barakah shalat yang telah dihasilkan. KEDUA: MENGENYAHKAN SEGALA HAL YANG DAPAT MEMALINGKAN KHUSYU’ DAN MENGOTORI KEMURNIANNYA.
19- Menghilangkan tempat yang dapat menggoda orang yang shalat. Dari Anas, ia berkata: Dulu A’isyah memiliki qiram (satir tipis yang berwarna dan berukir) yang menutupi rumah bagian samping, maka Nabi  bersabda kepadanya: “Lenyapkanlah qiram milikmu ini, karena lukisannya selalu terbayang dalam shalatku”. (HR. Bukhari)
20- Hendaknya tidak shalat dengan mengenakan pakaian yang berukir, bergambar atau ada tulisannya yang dapat memalingkan kekhusyu’an orang shalat. Dari A’isyah, ia berkata: “Nabi  pernah mendirikan shalat dengan pakaian yang bergaris-garis, lalu beliau melihatnya. Saat selesai shalat beliau bersabda: “Berikanlah pakaian ini kepada Abu Jahm bin Hudzaifah dan ambilkan untukku anbijaniyah (pakaian tanpa garis melintang dan vertikal), karena pakaian khamisah tadi memalingkan diriku saat shalat”. (HR. Muslim)
21- Jangan lakukan shalat di hadapan (di samping) hidangan yang menggiurkan. Nabi  bersabda: “Tidak boleh shalat di hadapan makanan yang telah terhidangkan”. (HR. Muslim)
22- Jangan shalat dalam keadan kebelet. Tiada syak lagi bahwa penyebab hilangnya khusyu’ adalah kebelet ingin kencing atau berak. Maka dari itu, Rasulullah  melarang seseorang mendirikan shalat dalam kondisi demikian. Beliau menegaskan: “Tidak boleh shalat seseorang yang berada dihadapan makanan dan juga orang yang sedang menahan kencing dan berak”. (HR. Muslim). Termasuk dalam kategori masalah ini ialah menahan kentut.
23- Jangan shalat dalam kondisi menahan kantuk. Nabi  bersabda: “Jika salah seorang di antara kalian mengantuk, maka sebaiknya ia tidurkan hingga ia faham bacaan yang ia ucapkan”. (HR. Bukhari)
24- Jangan shalat di belakang orang yang sedang tidur atau sedang mengobrol. Karena Nabi  telah melarang hal tersebut dengan ucapannya: “Janganlah kalian shalat di belakang orang yang sedang tidur dan juga orang yang sedang mengobrol”. (HR. Abu Daud). Yang demikian ini, karena orang yang sedang mengobrol dapat memalingkan dan menyibukkan orang yang sedang shalat dari bacaan shalatnya. Sedangkan orang yang sedang tidur terkadang dapat menghilangkan kekhusyu’an dengan tindakan di bawah sadarnya, wallaahu a’lam.
25- Jangan menyibukkan diri dengan meratakan kerikil atau merapikan sajadah. Dari Mu’iqib ia melihat Nabi  mengatakan kepada orang yang meratakan pasir saat sujud: “Jika kamu terpaksa melakukannya maka lakukan sekali saja”. (HR. Bukhari). Sebab dilarangnya tindakan ini ialah untuk memelihara kekhusyu’an dan terhindar dari banyak gerakan sia-sia dalam shalat. Hal yang lebih afdhal, jika tempat sujud seseorang memang harus dirapikan hendaknya dilakukan sebelum shalat.
26- Tidak mengganggu orang lain dengan bacaan kerasnya. Nabi  bersabda: “Ketahuilah, bahwa masing-masing kalian adalah sedang bermunajat kepada Rabbnya. Maka dari itu janganlah saling menyakiti dan saling mengeraskan bacaan di atas yang lain”. Dalam riwayat lain: “dalam shalat”. (HR. Abu Daud)
27- Janganlah memalingkan badan dalam shalat. Dari Abu Dzarr ia berkata, Nabi  bersabda: “Allah senantiasa menerima hambaNya yang sedang shalat selama ia tidak berpaling. Jika ia berpaling maka Allah tinggalkan orang tersebut”. Dalam kesempatan lain beliau pernah ditanya mengenai tindakan berpaling dalam shalat, maka beliau  menjawab: “Suatu pencopetan yang dilakukan setan terhadap shalat seorang hamba”. (HR. Bukhari)
28- Tidak mengangkat pandangan ke langit. Nabi  bersabda: “Jika salah seorang di antara kalian sedang shalat, maka janganlah mengangkat pandangan matanya ke langit (ke atas)”. (HR. Ahmad). Dalam hadits lain, larangan tersebut bertambah keras, saat beliau bersabda: “Sungguh mereka meninggalkan tindakan tersebut atau dicabut pandangan (mata) mereka”. (HR. Bukhari)
29- Jangan meludah di depannya saat mendirikan shalat. Karena hal ini termasuk hal yang menghilangkan kekhusyu’an dan menafikan kesopanan di hadapan Allah. Nabi  bersabda: “Jika salah seorang di antara kalian sedang shalat maka janganlah meludah pada arah depannya karena Allah ada di arah depannya jika dia sedang shalat”. (HR. Bukhari)
30- Berusaha dengan sekuat tenaga untuk tidak menguap (menahannya) dalam shalat. Nabi  bersabda: “Jika salah seorang di antara kalian menguap saat shalat maka hendaknya ia tahan semampunya karena setan masuk ke dalamnya”. (HR. Muslim)
31- Tidak melakukan ikhtishar (menaruh kedua tangannya di atas pinggang/ bertolak pinggang) saat shalat. Dari Abu Hurairah, ia berkata: “Nabi  melarang ‘ikhtishar’ dalam shalat”. 32- Tidak memanjangkan pakaiannya hingga menyentuh tanah (as-sadlu). Berdasarkan hadits: “Rasulullah  telah melarang tindakan ‘as-sadlu’ dalam shalat dan melarang seseorang menutupi mulutnya”. (HR. Abu Daud)


33- Tidak menyerupai tingkah laku binatang. Sungguh Rasulullah  telah melarang tiga perkara dalam shalat; yaitu (menyerupai) burung gagak mematuk, binatang buas menerkam dan melarang seseorang yang selalu menempati suatu tempat tertentu (untuk shalatnya) seperti halnya yang dilakukan unta”. Demikian, mudah-mudahan bermanfaat untuk kita semua. Dan pada akhirnya, segala puji milik Allah semata serta shalawat dan salam semoga selalu dilimpahkan ke haribaan nabi kita Muhammad, segenap keluarga dan sahabatnya, Amien. 11 – Syawal – 1422 (Abu Alfan.) 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar