Saat ini, negeri kita tengah mengalami kemarau panjang, banyak daerah yang kekeringan bahkan terjadi kebakaran hutan. Sering kita lihat, banyak daerah mengadakan shalat meminta hujan atau shalat istisqa. Hal ini sangat kita syukuri karena masyarakat kita menempuh cara yang dicontohkan bahkan lebih menggembirakan lagi, shalat tersebut langsung dipimpin kepala daerah.
Namun bisa jadi ada sebagian masyarakat yang masih bingung mengenai tata cara shalat istisqa atau masih terasa asing dengan sunah ini, mudah-mudahan pembahasan berikut dapat mendekatkan kembali sunah yang asing ini di tengah masyarakat kita.
Namun bisa jadi ada sebagian masyarakat yang masih bingung mengenai tata cara shalat istisqa atau masih terasa asing dengan sunah ini, mudah-mudahan pembahasan berikut dapat mendekatkan kembali sunah yang asing ini di tengah masyarakat kita.
Pengertian Istisqa
Istisqa secara bahasa artinya meminta air minum dari orang lain untuk diri sendiri atau untuk orang lain.
Secara syariat, ulama mendefinisikan:
طلبه من الله عند حضور الجدب على وجهٍ مخصوص
“Meminta hujan kepada Allah, ketika terjadi kekeringan, dengan aturan dan tata cara tertentu.” (Fathul Bari, 2:492)
Waktu Pelaksanaan Shalat Istisqa
Dalam al-Mausu’ah al-Fiqhiyah al-Muyasarah dinyatakan:
وتُصلّى في أي وقت خلا وقت الكراهة
“Shalat istisqa dilakukan di waktu kapanpun, selain waktu terlarang (untuk shalat).” (al-Mausu’ah al-Fiqhiyah al-Muyasarah, 2:177)
Tempat Pelaksanaan Shalat Istisqa
Shalat istisqa dilakukan di tanah lapang, sebagaimana shalat id, kecuali di Mekah, dilakukan di masjidil haram.
Abdullah bin Zaid radhiallahu ‘anhu mengatakan:
أنَّ النّبيّ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – خرج إِلى المصلّى فاستسقى، فاستقبل القبلة وقلب رداءه
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar menuju tanah lapang kemudian shalat istisqa, beliau menghadap kiblat dan membalik kain pakaian atasan beliau. (HR. Bukhari 1012 dan Muslim 894).
Menuju Lapangan dengan Penuh Khusyu dan Ketundukan
Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhu mengatakan:
خرج رسول الله – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – للاستسقاء متذلّلاً متواضعاً متخشعاً متضرّعاً
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar menuju shalat istisqa dengan tunduk, tawadhu, khusyu, dan penuh perendahan diri (kepada Allah ed.).” (HR. Abu Daud 1032, Turmudzi 459, Nasai 1416, dan dishahikan al-Albani).
Tanpa Adzan dan Tanpa Iqamah
Dari Abu Ishaq, beliau menceritakan:
خرج عبد الله بن زيد الأنصاري وخرج معه البراء بن عازب وزيد بن أرقم -رضي الله عنهم- فاستسقى، فقام بهم على رجليه على غير منبر، فاستغفر ثمَّ صلّى ركعتين يجهر بالقراءة، ولم يؤذّن ولم يُقم،
Abdullah bin Zaid al-Anshari, bersama al-Barra bin Azib, dan Zaid bin Arqam radhiallahu ‘anhum berangkat untuk melaksanakan istisqa. Abdullah bin Zaid berdiri di depan makmum tanpa mimbar. Beliau memohon ampun, kemudian shalat 2 rakaat, dan mengeraskan bacannnya. Tidak ada adzan dan iqamah.” (Bukhari 1022).
Kapan Pelaksanaan Khutbah?
Khutbah bisa dilakukan sebelum shalat atau sesudah shalat, memperhatikan keseriusan dan kondisi makmum.
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha, beliau menceritakan:
Para sahabat mengadu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam karena kekeringan. Beliau meminta agar mimbar diletakkan di tanah lapang. Beliau menjanjikan para sahabat agar keluar menuju tanah lapang pada hari tertentu. kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berangkat menuju lapangan ketika matahari sudah terbit agak tinggi. Beliau duduk di atas mimbar, mengagungkan Allah dan memuji Allah Ta’ala. kemudian beliau berkhutbah:
إِنّكم شكوتم جدْب دياركم واستئخار المطر عن إِبّان زمانه عنكم، وقد أمَركم الله عزّ وجلَّ أن تدْعوه، ووعدَكم أن يستجيب لكم
“Sesunggunnya kalian mengaduhkan kekeringan di tempat kalian dan hujan yang telat turun dari biasanya. Allah telah memerintahkan kalian untuk berdoa kepada-Nya dan menjanjikan untuk mengabulkan doa kalian.”
Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memulai doanya:
الحمد لله ربّ العالمين الرحمن الرحيم. مالك يوم الدين. لا إله إلاَّ الله يفعل ما يريد، اللهمّ أنت الله لا إِله إلاَّ أنت الغني ونحن الفقراء، أنزِل علينا الغيث، واجعل ما أنزلتَ لنا قوّة وبلاغاً إِلى حين
“Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, Yang Maha Pengasih Penyayang, Raja di hari pembalasan. Tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah. Dia melakukan apa yang Dia kehendaki. Ya Allah, Engkau adalah Allah yang tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau, Yang Maha Kaya, dan kami makhluk miskin. Turunkanlah hujan kepada kami, jadikan hujan yang Engkau turunkan sebagai kekuatan dan bekal yang bisa mengantarkan kami sampai waktu tertentu.”
Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengangkat kedua tanganya, beliau terus mengkat tangannya (agak tinggi) sampai kelihatan putihnya ketiak beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian beliau membelakangi makmum dan beliau membalik kain atasan beliau, sementara beliau masih mengangkat tangan. Lalu beliau menghadap ke makmum dan turun dari mimbar, kemudian shalat dua rakaat.
Tiba-tiba Allah mengirim awan-Nya, dipunuhi dengan guntur dan kilat, kemudian turun hujan dengan izin Allah. Ketika pulang, sebelum beliau sampai di Masjid Nabawi, air hujan telah mengalir deras. Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat para sahabat berlarian menuju rumah mereka, beliau tertawa sampai terlihat gigi geraham beliau. Kemudian beliau bersabda:
أشهد أن الله على كل شيء قدير، وأنّي عبد الله ورسوله
“Saya bersaksi bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu dan bahwa saya adalah hamba dan utusan-Nya.” (HR. Abu Daud, at-Thahawi, al-Baihaqi dan dihasankan al-Albani dalam al-Irwa, 668).
Dari Abbad bin Tamim bahwa pamannya, Abdullah bin Zaid mengatakan:
أَنَ النَّبِيُّ (صلى الله عليه وسلم) ، خَرَجَ إِلَى الْمُصَلَّى يَسْتَسْقِي، وَاسْتَقْبَلَ الْقِبْلَةَ، فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ، وَقَلَبَ رِدَاءَهُ، وَجَعَلَ الْيَمِينَ عَلَى الشِّمَالِ
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menuju lapangan untuk shalat istisqa, beliau mennghadap kiblat, shalat dua rakaat, dan membalik kain atasan pakaian beliau, dibalik bagian kanan diletakkan di sebelah kiri. (HR. Bukhari).
Ibnu Batthal mengatakan
وقلب الرداء بعد الصلاة فهو الذى ذهب إليه مالك أن الصلاة قبل الخطبة، وهو نص هذا الحديث
Membalik selendang setelah shalat sesuai pendapat Imam Malik, bahwa shalat dilakukan sebelum khutbah. Ini merupakan teks tegas dari hadis. (Syarh Shahih Bukhari Ibn Bathal, 3:19).
Catatan:
Yang dianjurkan mengangkat tangan tinggi-tinggi waktu berdoa adalah imam dan bukan makmum. Dalam Tamamul Minnah dinyatakan:
… فأرى مشروعية المبالغة في الرفع للإِمام دون المؤتمّين
“Menurut saya, anjuran mengangkat tangan tinggi-tinggi hanya untuk imam dan bukan makmum.” (Tamamul Minnah, 265).
Tata Cara Shalat Istisqa
Tata cara shalat istisqa sama persis dengan shalat Id. Dilaksanakan dua rakaat. Pada rakaat pertama bertakbir 7 kali dan rakaat kedua bertakbir 5 kali. Takbiratul ihram kemudian diikuti takbir tambahan 7 kali. kemudian membaca doa iftitah, al-fatihah, dan surat. Tidak ada surat tertentu yang dianjurkan untuk dibaca, sehingga bisa membaca surat apapun. Rukuk, i’tidal, sujud, dst sampai berdiri di rakaat kedua. Diikuti dengan takbir tambahan 5 kali. membaca al-fatihah, surat, kemduian dilanjutkan sampai salam. (al-Mausu’ah al-Fiqhiyah al-Kuwaitiyah, 3:312)
Baca selengkapnya: http://www.konsultasisyariah.com/panduan-shalat-istisqa/#ixzz28KgsD2cP
Tidak ada komentar:
Posting Komentar