Dzikir Setelah Shalat



Termasuk sunnah apabila seorang muslim setiap selesai shalat fardhu membaca:
أَسْتَـغْـفِـرُ الله ( 3x ).
( Saya memohon ampun kepada Allah )
اَللَّــهُمَّ أَنْتَ السَّلامُ وَمِنْكَ السَّلاَمُ تَبَارَكْتَ يَا ذَا اْلجَلالِ وَاْلإكْرَامِ 
(Ya Allah Engkau Maha Sejahtera, dari-Mu kesejahteraan,Maha Berkah Engkau wahai Dzat yang memiliki Keagungan dan Kemuliaan ).
لاَ إِلَهَ إِلا الله ُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ اْلمُلْكُ وَ لَهُ اْلحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ. لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِالله. لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله ُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ. لَهُ النِّعْمَةُ وَ لَهُ اْلفَضْلُ وَ لَهُ الثَّنَاءُ اْلحَسَنُ. لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله ُ مُخْلِصِـيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ اْلكَافِرُوْنَ. اَللَّــهُمَّ لاَ مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ، وَلاَ مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ وَلاَ يَنْفَعُ ذَا اْلجَدِّ مِنْكَ اْلجَدُّ.
(Tidak ada Ilah yang berhak disembah kecuali Allah semata , tiada sekutu bagi-Nya.Bagi-Nya kerajaan dan bagi-Nya segala pujian dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu,tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan izin Allah.Tidak ada Ilah yang berhak disembah kecuali Allah dan kita tidak menyembah kecuali kepada-Nya ,milik-Nya segala nikmat ,milik-Nya segala keutamaan dan milik-Nya segala sanjungan yang baik.Tidak ada Ilah yang berhak disembah kecuali Allah dengan mengikhlaskan agama (ketundukan) untuk-Nya walaupun orang-orang kafir tidak suka.Ya Allah tidak ada yang dapat menghalangi apa yang Engkau berikan ,tidak ada yang dapat memberi apa yang Engkau halangi dan tidak bermanfaat buat orang yang memiliki kekayaan(dari siksaan-Mu) akan kekayaannya” .
Dibaca pula setelah shalat Subuh dan shalat Maghrib do’a seperti diatas dan ditambah pula dengan do’a ini :
لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله ُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ اْلمُلْكُ وَ لَهُ اْلحَمْدُ يُـحْيِيْ وَيُـمِيْتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ. 10 ×
(Tidak ada Ilah yang berhak disembah kecuali Allah semata,tidak ada sekutu bagi-Nya,bagi-Nya segala kerajaan dan bagi-Nyalah segala pujian,Dialah Dzat Yang Menghidupkan dan Mematikan,dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu) .
Kemudian setelah itu membaca:
“سُبْحَانَ الله” 33x dan “اَلْـحَمْدُ ِلله” 33x dan ُأَكْـَبرُ الله 33x
Kemudian disempurnakan yang keseratus dengan membaca :
لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله ُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ اْلمُلْكُ وَلَهُ اْلحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ.
(Tidak ada Ilah yang berhak disembah kecuali Allah semata,tidak ada sekutu bagi-Nya,bagi-Nya segala kerajaan dan bagi-Nya segala pujian dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu) .
Kemudian membaca ayat Kursi:
اللهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ اْلحَـيُّ اْلقَيُّوْمُ، لاَ تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلاَ نَوْمٌ، لَهُ مَا فِـي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِـي اْلأرْض،ِ مَنْ ذَا الَّذِيْ يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلاَّ بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَـْينَ أَيْدِيْهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلاَ يُـحِيْطُوْنَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلاَّ ِبـمَا شَاءَ، وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَاْلأرْضَ وَلاَ يَؤُوْدُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ اْلعَلِيُّ اْلعَظِيْمُ.
(Allah,tidak ada Ilah (yang berhak disembah)kecuali Dia yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya ,tidak mengantuk dan tidak tidur .Kepunyaan-Nya apa yang ada dilangit dan apa yang ada dibumi .Siapakah yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa seizin-Nya?Allah Mengetahui apa-apa yang dihadapan mereka dan dibelakang mereka dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya .Kursi Allah meliputi langit dan bumi ,dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar ) .
Kemudian membaca:
قُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ النَّاسِ dan قُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ dan قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ
Dan ketiga surat di atas khusus untuk dibaca sesudah shalat Subuh dan shalat Maghrib serta di ulang-ulang tiga kali.


Adab-Adab Di Masjid



Masjid adalah rumah Allah, maka hendaknya orang yang berada di masjid menerapkan adab-adab untuk menghormati masjid.
1. Membaca doa masuk masjid ketika masuk masjid
Sebagaimana hadits dari Fathimah radhiallahu’anha:

 Biasanya, ketika Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam masuk ke dalam masjid beliau bershalawat kemudian mengucapkan: Rabbighfirli Dzunubi Waftahli Abwaaba Rahmatik (Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku, dan bukalah untukku pintu-pintu Rahmat-Mu)” (HR. At Tirmidzi, 314. Dishahihkan Al Albani dalam Shahih Sunan At Tirmidzi).

2. Membaca doa keluar masjid ketika keluar dari Masjid
Sebagaimana kelanjutan hadits dari Fathimah radhiallahu’anha:

Dan ketika beliau keluar dari masjid, beliau bershalawat lalu mengucapkan: Rabbighfirli Dzunubi, Waftahlii Abwaaba Fadhlik (Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku, dan bukalah untukku pintu-pintu keutamaan-Mu)” (HR. At Tirmidzi, 314. Dishahihkan Al Albani dalam Shahih Sunan At Tirmidzi).

3. Menutup aurat dan berhias ketika berada di masjid
Allah Ta’ala berfirman

“Wahai manusia, gunakanlah perhiasanmu ketika memasuki setiap masjid” (QS. Al A’raf: 31)

As Sa’di menjelaskan:
 “Maksudnya: tutuplah aurat kalian ketika shalat, baik shalat wajib atau pun shalat sunnah. Karena dengan menutup aurat, itu menghiasi badan, sebagaimana jika membiarkannya terbuka itu memperburuk tampilan. Dan ayat ini juga mengandung makna yang lebih dari itu, az ziinah dalam ayat ini bisa bermakna pakaian yang baik dan bersih” (Tafsir As Sa’di).

4. Hilangkan bau-bau yang tidak sedap sebelum ke masjid
Karena bau-bau yang tidak sedap akan mengganggu orang lain yang sedang beribadah. Dari Jabir bin Abdillah radhiallahu’anhu, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

Barangsiapa yang makan bawang putih atau bawang merah atau daun bawang, maka jangan dekati masjid kami. Karena para Malaikat terganggu dengan hal-hal yang bisa mengganggu manusia” (HR. Bukhari no.855, Muslim no.564).
Tidak terbatas pada bau makanan di atas, namun semua yang berbau hendaknya dihilangkan seperti bau badan, bau rokok, bau keringat, dan semisalnya.
5. Hendaknya membanyak dzikir dan doa kepada Allah di dalam Masjid
Allah Ta’ala berfirman:

“Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang” (QS. An Nur: 36).

Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

“Sesungguhnya masjid ini adalah untuk berdzikir kepada Allah dan untuk shalat” (HR. Ibnu Hibban no. 985, dishahihkan Al Albani dalam Irwaul Ghalil 1/190).
Maka ketika berada di masjid perbanyak aktifitas ibadah dan perbanyak ingat akhirat.
6. Jauhkan diri dari perkara maksiat dan juga hendaknya tidak menyibukkan diri dengan perkara duniawi di masjid
Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu’anhu, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

“Akan ada di akhir zaman, kaum yang duduk di masjid membuat halaqah-halaqah, namun pembicaraan utama mereka adalah masalah dunia. Maka jangan duduk bersama mereka, karena Allah tidak butuh kepada mereka” (HR. Ibnu Hibban no.6761, dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah no. 1163).
Syaikh Abdul Aziz bin Baz menjelaskan hadits ini:
“Bicara di masjid mengenai urusan duniawi di antara saudara-saudara sesama Muslim, jika hanya sedikit saja, maka tidak mengapa insyaAllah. Namun jika terlalu banyak maka makruh”.
Dan perbuatan maksiat, dosanya dilipat-gandakan jika dilakukan di tempat yang mulia seperti masjid, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan:
“Maksiat yang dilakukan pada hari-hari yang memiliki keutamaan atau pada tempat-tempat yang memiliki keutamaan itu dilipat-gandakan dosanya. Kadar lipat ganda dosanya itu sesuai dengan kadar keutamaan waktunya atau tempatnya tadi” (Majmu’ Al Fatawa, 34/180).

7. Tidak boleh mengumumkan barang hilang di dalam masjid
Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

“Barangsiapa yang mendengar seseorang mengumumkan barang hilang di masjid, maka katakanlah kepadanya: semoga Allah tidak mengembalikan barang tersebut kepadamu. Karena masjid tidak dibangun untuk itu” (HR. Muslim no.568).
Jika ingin mengumumkan barang hilang, maka lakukanlah di luar masjid, atau sampaikan kepada orang satu-per-satu tanpa meninggikan suara.
8. Hendaknya tidak berteriak-teriak atau meninggikan suara di masjid
Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiallahu’anhu, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

 “Ketahuilah sesungguhnya setiap kalian sedang bermunajat kepada Rabb-nya, maka jangan saling mengganggu satu sama lain, dan jangan meninggikan suara satu sama lain dalam membaca (Al Qur’an)” (HR. Abu Daud no. 1332, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Abi Daud).
Jika meninggikan suara untuk membaca Al Qur’an saja dilarang oleh Rasulullah, maka bagaimana lagi meninggikan suara untuk shalawatan, pujian-pujian, demikian juga tertawa terbahak-bahak dan meninggikan suara ketika berbicara dengan orang lain.
9. Shalat tahiyyatul masjid ketika memasuki masjid
Dari Abu Qatadah As Sulami radhiallahu’anhu, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

 “Jika kalian masuk masjid, maka janganlah duduk sebelum shalat dua rakaat” (HR. Bukhari no. 444, Muslim no. 714).

10. Tidak boleh melakukan jual-beli dan juga iklan serta promosi di masjid
Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda

“Jika engkau melihat orang berjual-beli atau orang yang barangnya dibeli di masjid, maka katakanlah kepada mereka: semoga Allah tidak memberikan keuntungan pada perdaganganmu. Dan jika engkau melihat orang di masjid yang mengumumkan barangnya yang hilang, maka katakanlah: semoga Allah tidak mengembalikan barangmu” (HR. At Tirmidzi no. 1321, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al Jami no. 573).
Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin mengatakan:
“Menjual, membeli, menyewakan, menawarkan sewaan, semuanya haram dilakukan di masjid, karena ini menafikan tujuan masjid dibangun (yaitu untuk ibadah, pent.)” (Fatawa Nurun ‘alad Darbi, 33/22).


Mengenal Shaykh Baleela, Imam Masjidil Haram



(Surat yang dibaca: 47.Surat Muhammad & 48.Al Fath)

Syaikh Bandar bin 'Abdul Azeez Baleela

- Lahir di Makkah tahun 1395 AH.
- Memperoleh gelar Master di 1422 AH di Fiqh dari College of Studi       Islam Syariah dan dari Umm al-Qura University.
- Meraih gelar doktor dalam Fiqh dari Fakultas Syariah pada tahun 1429 AH dariUniversitas Islam Madinah.
- Bekerja sebagai guru fiqh di Institut Haram al-Sharif bagian yang lebih tinggi.
- Beliau sekarang asisten profesor di University of Taif.
- Menjabatsebagai Imam dan khatib Masjid Ameera Nouf didistrik Aziziyah 

di Makkah, dan setelah itu di Masjid Bin Baz.
- Diangkat sebagai Imam dari Masjid al Haram pada Minggu 1434/12/09 AH.
- Diangkat sebagai permanen Masjid al Haram pada hari Rabu, 4/12/1434AH
- Mengimami shalat pertama di Masjid al Haram pada 1434/05/12, pada
waktu Maghrib

Sholat Taraweh di Masjid Nabawi 16 Ramadhan 1440 H dengan Imam Sheikh Abdullah Al Bu'ayjan


Sheikh Abdullah Al Bu'ayjan

Beliau ditunjuk sebagai Imam Masjid Al Nabawi oleh Raja Abdullah (alm) tahun 1434 H

Panduan Ibadah: Sujud Tilawah



Sujud Tilawah Ketika Membaca Ayat Sajadah

Sujud tilawah adalah sujud yang disebabkan karena membaca atau mendengar ayat-ayat sajadah yang terdapat dalam Al Qur’an Al Karim.

Salah satu keutamaan sujud tilawah adalah sebagaimana hadits berikut, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Jika anak Adam membaca ayat sajadah, lalu dia sujud, maka setan akan menjauhinya sambil menangis. Setan pun akan berkata-kata: “Celaka aku. Anak Adam disuruh sujud, dia pun bersujud, maka baginya surga. Sedangkan aku sendiri diperintahkan untuk sujud, namun aku enggan, sehingga aku pantas mendapatkan neraka.” (HR. Muslim no. 81)

Bagaimanakah bacaan dan tata cara sujud tilawah?

Yuk tonton video Panduan Ibadah: Sujud Tilawah

Yufid.TV official website: http://yufid.tv


Sepuluh ayat yang disepakati sebagai ayat sajadah
1.    QS. Al A’rof ayat 206
2.    QS. Ar Ro’du ayat 15
3.    QS. An Nahl ayat 49-50
4.    QS. Al Isro’ ayat 107-109
5.    QS. Maryam ayat 58
6.    QS. Al Hajj ayat 18
7.    QS. Al Furqon ayat 60
8.    QS. An Naml ayat 25-26
9.    QS. As Sajdah ayat 15
10.QS. Fushilat ayat 38 (menurut mayoritas ulama), QS. Fushilat ayat 37 (menurut Malikiyah)

Empat ayat yang termasuk ayat sajadah namun diperselisihkan, akan tetapi ada dalil shahih yang menjelaskannya
1.    QS. Shaad ayat 24
2.    QS. An Najm ayat 62 (ayat terakhir)
3.    QS. Al Insyiqaq ayat 20-21
4.    QS. Al ‘Alaq ayat 19 (ayat terakhir)


Satu ayat yang masih diperselisihkan dan tidak ada hadits marfu’ (hadits yang sampai pada Nabi) yang menjelaskannya, yaitu surat Al Hajj ayat 77. Banyak sahabat yang menganggap ayat ini sebagai ayat sajadah semacam Ibnu ‘Umar, Ibnu ‘Abbas, Ibnu Mas’ud, Abu Musa, Abud Darda, dan ‘Ammar bin Yasar. (Rumaysho)

3 Waktu Utama Membaca Ayat Kursi





Ada beberapa waktu utama membaca ayat kursi. Dan silakan bisa dipraktikkan.

Ayat Kursi


اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ، لاَ تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلاَ نَوْمٌ، لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ، مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلاَّ بِإِذْنِهِ، يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ، وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلاَّ بِمَا شَاءَ، وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ، وَلَا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا، وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ
Allah, tidak ada ilah (yang berhak disembah) melainkan Dia, yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya). Dia tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi-Nya tanpa seizin-Nya. Dia mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka. Mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dia tidak merasa berat memelihara keduanya. Dan Dia Maha Tinggi lagi Maha besar.” (QS. Al Baqarah: 255) 

1- Ketika pagi dan petang
 

Mengenai orang yang membaca ayat kursi di pagi dan petang hari, dari Ubay bin Ka’ab, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, 
Siapa yang membacanya ketika petang, maka ia akan dilindungi (oleh Allah dari berbagai gangguan) hingga pagi. Siapa yang membacanya ketika pagi, maka ia akan dilindungi hingga petang.” (HR. Al Hakim 1: 562. Syaikh Al Albani menshahihkan hadits tersebut dalam Shahih At-Targhib wa At-Tarhib no. 655) 

2- Sebelum tidur 

Hal ini dapat dilihat dari pengaduan Abu Hurairah pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallamtentang seseorang yang mengajarkan padanya ayat kursi. 
Abu Hurairah menjawab, “Wahai Rasulullah, ia mengaku bahwa ia mengajarkan suatu kalimat yang Allah beri manfaat padaku jika membacanya. Sehingga aku pun melepaskan dirinya.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Apa kalimat tersebut?” Abu Hurairah menjawab, “Ia mengatakan padaku, jika aku hendak pergi tidur di ranjang, hendaklah membaca ayat kursi hingga selesai yaitu bacaan ‘Allahu laa ilaha illa huwal hayyul qoyyum’. Lalu ia mengatakan padaku bahwa Allah akan senantiasa menjagaku dan setan pun tidak akan mendekatimu hingga pagi hari. Dan para sahabat lebih semangat dalam melakukan kebaikan.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda, “Adapun dia kala itu berkata benar, namun asalnya dia pendusta. Engkau tahu siapa yang bercakap denganmu sampai tiga malam itu, wahai Abu Hurairah?” “Tidak”, jawab Abu Hurairah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Dia adalah setan.” (HR. Bukhari no. 2311) 

3- Setelah shalat lima waktu 

Dari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,
Siapa membaca ayat Kursi setiap selesai shalat, tidak ada yang menghalanginya masuk surga selain kematian.” (HR. An-Nasai dalam Al Kubro 9: 44. Hadits ini dinyatakan shahih oleh Ibnu Hibban, sebagaimana disebut oleh Ibnu Hajar dalam Bulughul Maram). Maksudnya, tidak ada yang menghalanginya masuk surga ketika mati.

Intinya, ayat kursi punya keutamaan yang luar biasa sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut.
Dari Ubay bin Ka’ab, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Wahai Abul Mundzir, ayat apa dari kitab Allah yang ada bersamamu yang paling agung?” Aku menjawab, “Allahu laa ilaha illa huwal hayyul qayyum.” Lalu beliau memukul dadaku dan berkata, “Semoga engkau mudah memperoleh imu, wahai Abul Mundzir.” (HR. Muslim no. 810)

Al-Qadhi ‘Iyadh menyatakan, “Hadits ini adalah dalil akan bolehnya mengutamakan sebagian Al-Qur’an dari lainnya dan mengutamakannya dari selain kitab-kitab Allah. … Maknanya adalah pahala membacanya begitu besar, itulah makna hadits.”

Apa sebab ayat kursi lebih agung? Imam Nawawi menyebutkan, para ulama berkata bahwa hal itu dikarenakan di dalamnya terdapat nama dan sifat Allah yang penting yaitu sifat ilahiyah, wahdaniyah (keesaan), sifat hidup, sifat ilmu, sifat kerajaan, sifat kekuasaan, sifat kehendak. Itulah tujuh nama dan sifat dasar yang disebutkan dalam ayat kursi. (Syarh Shahih Muslim, 6: 85) 

Hanya Allah yang memberi taufik.


Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel Rumaysho.Com


Sholat Isya 21 Ramadan 1440H di Masjidil Haram dengan imam Sheikh Sudais



Syaikh Abdurrahman as-Sudais

Syaikh Prof. Dr. Abdurrahman as-Sudais adalah salah seorang ulama yang cukup dikenal di Indonesia. Ulama yang memiliki nama lengkap Abdurrahman bin Abdul Aziz bin Muhammad as-Sudais  ini dikenal luas di Indonesia sebagai seorang pakar tilawah al-Qur’an al-Kariim. Sebagai buktinya, jika kita berjalan ke berbagai toko yang menjual berbagai rekaman al-Qur’an maka hampir pasti kita menemukan rekaman murottal al-Qur’an oleh Syaikh as-Sudais (alt) terdapat di dalamnya, masyaAllah.

Kehidupan dan Pendidikan

Syaikh Prof. Dr. Abdurrahman as-Sudais paling dikenal oleh masyarakat sebagai seorang imam di Masjidil Haram, Makkah, dalam waktu yang lama. Karenanya, wajar saja jika ada orang yang menyangka bahwa beliau adalah dilahirkan dan besar di sekitar tanah suci Makkah. Akan tetapi, yang benar tidaklah demikian. Beliau lahir di al-Bukairiyah, sebuah kota yang terletak di provinsi al-Qasim, sebelah timur laut dari provinsi Makkah.
Beliau pertama kali diangkat menjadi imam sekaligus khatib di Masjidil Haram pada tahun 1404 Hijriah, pada usia yang masih sangat muda yakni 22 tahun. Setelahnya menjadi imam shalat pertama kalinya di masjid paling suci bagi ummat Islam tersebut pada 22 Sya’ban 1404 H. Pada bulan depannya, yakni 15 Ramadhan 1404 H, barulah beliau berkesempatan untuk pertama kalinya memberikan khutbah di Masjidil Haram.
Empat tahun kemudian, yaitu 1408 H, syaikh berhasil menyelesaikan pendidikan S-2 dari Universitas al-Imam Muhammad bin Saud, jurusan Ushul Fiqih, dengan status Cum Laude. Setelahnya, beliau melanjutkan studi doktoral (S-3) di Universitas Ummul Qura, Makkah, dan berhasil menyelesaikannya dengan status Cum Laude. Disertasi beliau pada akhirnya dicetak tahun 1416 H. Penulisan disertasi beliau dibimbing oleh Syaikh Prof. Ahmad Fahmi Abu Sanah dalam penulisan disertasinya, dan disidang oleh Syaikh Dr. Abdullah bin Abdul Muhsin at-Turki serta Syaikh Dr. Ali bin Abbas al-Hakami dalam mempertahankan disertasinya. Setelah itu, beliau mendapatkan gelar professor dalam bidang fiqih, tepatnya Ushul Fiqih.

Perjalanan Dakwah Syaikh Sudais

Selain aktif menjadi imam di Masjidil Haram dan membina ummat di negeri tauhid Saudi Arabia secara umum, beliau pun menyempatkan untuk pergi berdakwah dan menjalin silaturahmi ke berbagai negara, menemui ummat Islam di seluruh dunia. India, Pakistan, Malaysia dan Britania (Inggris) adalah beberapa negara yang pernah beliau singgahi. Termasuk negeri kita, Indonesia, pernah pula beliau singgahi pada hari Jum’at tanggal 31 Oktober 2014 M. Saat itu beliau menyempatkan diri untuk bertemu dengan Presiden Indonesia dan Wakil Presiden Indonesia, lalu setelahnya beliau lanjut melaksanakan shalat Jum’at di Masjid Istiqlal, kota Jakarta.

Penghargaan Dari Ummat

Selain do’a dari segenap kaum muslimin atas jasa-jasa beliau yang besar kepada ummat, beberapa organisasi pun memberikan penghargaan khusus kepada Syaikh Prof. Dr. Abdurrahman as-Sudais. Di antaranya pada tahun 2005, beliau mendapatkan penghargaan sebagai “Islamic Personality Of the Year” (Toko Muslim Berpengaruh) dari Dubai International Holy Quran Award (DIHQA) Organising Committee.
Pada tahun 2012, tepatnya pada tanggal 8 Mei, beliau diangkat menjadi kepala presidensial kepengurusan Masjidil Haram, Makkah dan Masjid Nabawi, Madinah.

Read more https://konsultasisyariah.com/28575-mengenal-syaikh-abdurrahman-as-sudais.html

Sholat Taraweh 21 Ramadan 1440H di Masjid Nabawi, Imam: Sheikh Ahmad Hudhaify



MENGENAL SYAIKH AL-HUDZAIFI, IMAM DAN KHATHIB MASJID NABAWI

Hari ini ketika pulang shalat id, salah satu tema obrolan saya dengan teman adalah tentang Syaikh Al-Hudzaifi yang tetap bersemangat mengimami kaum muslimin di Masjid Nabi shallallahu alaihi wasallam meski sudah tua, seperti hari ini, di Hari Idul Adha. Ada sebuah cerita tentang beliau yang kami obrolkan sehingga mendorong saya untuk mencari cerita tersebut dan menulisnya sebagai status. Namun saya belum menemukan cerita tersebut karena kesulitan menentukan kata kuncinya. Namun saya menemukan perbincangan tentang beliau di situs www.ahlalhdeeth.com. Akhirnya saya memutuskan untuk menulis lebih banyak saja tentang beliau, untuk berbagi agar kita mengenal beliau. Karena terus terang saya pribadi sangat ngefans sama beliau dari dulu.
Baik, kita mulai:

NAMA DAN NASAB BELIAU

Beliau adalah Ali bin Abdirrahman bin Ali bin Ahmad Al-Hudzaifi, nisbat kepada suku Al Hudzaifah yang berasal dari suku Al-Awamir dan Al-Awamir berasal dari Bani Khats’am. Perkampungan suku Al-Awamir terletak di sebelah selatan Makkah sejauh 360 Km. Al Hudzaifah sejak dahulu menjagi tetua suku Al-Awamir hingga sekarang.

KELAHIRAN BELIAU

Beliau lahir pada tahun 1366 H di kampung Al-Qarn Al-Mustaqim di daerah Al-Awamir. Beliau lahir di keluarga yang shalih. Ayah beliau sendiri merupakan imam sekaligus khathib di militer Saudi.

PENDIDIKAN BELIAU

Beliau belajar pertama kali di kuttab (tempat anak belajar membaca dan menulis-pent.) daerah beliau. Beliau membaca Al-Qur'an dan mengkhatamkannya di hadapan Syaikh Muhammad bin Ibrahim Al-Hudzaifi Al-Amiri, sekaligus menghapal beberap juz. Selain itu beliau juga menghapal dan mempelajari beberapa matan ilmu syar’i dalam berbagai disiplinnya.

Pada tahun 1381 H, beliau memasuki sekolah swasta As-Salafiyyah yang sejajar dengan jenjang SLTP. Setelah itu beliau memasuki Ma’had pada tahun 1383 H dan selesai pada tahun 1388 H hingga jenjang SLTA.
Setelah tamat beliau ditunjuk sebagai guru Ma’had pada tahun 1392 H. Kemudian beliau melanjutkan pendidikannya di jenjang perguruan tinggi dan mengambil fakultas syari’ah di Riyadh pada tahun 1388 H. Setelah tamat beliau mengajar tafsir, tauhid, nahwu, sharaf, khath disamping beliau menjadi imam merangkap khathib di Masjid Jami’ Baljarasyi.

Beliau meraih gelar master di Universitas Al-Azhar pada tahun 1395 dan meraih gelar doktor di di universitas yang sama pada qism fiqh untuk siyasah syar’iyah.

Beliau mengabdi di Universitas Islam Madinah semenjak tahun 1397 H. Beliau mengajar tauhid dan fiqh di fakultas syari’ah. Selain itu beliau juga mengajar di fakultas hadits dan fakultas dakwah. Beliau juga mengajar madzhab-madzhab di jenjang pascasarjana. Dan beliau mengajar qira’at di fakultas Al-Qur'an.

Selain mengajar beliau pernah ditunjuk sebagai imam dan khathib di Masjid Quba (sekarang putra beliau menjadi salah satu imam di sana, masya Allah) selama beberapa lama. Kemudian di tunjuk menjadi imam Masjid Nabawi pada 6-6-1399 H. Kemudian pada awal Ramadhan tahun 1401 H beliau dipindahkan ke Masjidil Haram. kemudian dikembalikan lagi ke Masjid Nabawi setahun kemudian hingga sekarang.

IJAZAH QIRA’AH

Beliau tidak diragukan lagi adalah salah seorang qari’ Kerajaan Saudi Arabia dan bahkan salah seorang qari’ dunia. Beliau mendapatkan ijazah Qira’ah dari:

1. Syaikh Ahmad Abdul Aziz Az-Zayyat, memberikannya ijazah Qira’ah Asyrah.
2. Syaikh Amir As-Sayyid Utsman, ijazah Riwayat Hafsh. Beliau membacakannya tujuh surat panjang namun tidak sempat merampungkan Surat Al-Baqarah karena Syaikh wafat.
3. Syaikh Abdul Fattah Al-Qadhi, beliau khatam dengan riwayat Hafsh.

Selain itu beliau mendapatkan ijazah hadits dari Syaikh Hammad Al-Anshari (bertiga bersama Syaikh Ali Hasan Al-Halabi dan satu lagi saya lupa, sebagaimana diceritakan oleh Syaikh Ali sendiri).

KISAH-KISAH TENTANG BELIAU

Salah seorang member http://www.ahlalhdeeth.com bernama Abu Ahmad Al-Hummam bercerita:
“Aku pernah mendengar Syaikh Abdul Muhsin Al-Qasim (termasuk imam dan khathib Masjid Nabawi –pent.) – beliau termasuk yang belajar qira’ah dari Syaikh Al-Hudzaifi – sering memuji Syaikh Al-Hudzaifi, beliau bilang bahwa Syaikh Al-Hudzaifi adalah seorang hamba Allah yang ikhlas. Perlu diketahui bahwa Syaikh Al-Qasim sangat jarang memuji orang yang masih hidup.

Syaikh Al-Hudzaifi sangat bersemangat melaksanakan shalat di Masjid Nabawi meskipun tidak menjadi imam. Aku dengar beliau tidak mengambil sedikitpun dari gaji beliau sebagai imam dan menyedekahkan semuanya. Wallahu a’lam.”

Cerita lainnya, Abu Ahmad berkata:
“Waktu kecil Syaikh Al-Hudzaifi belajar kepada Syaikh Ibnu Jammah. Ada tanda-tanda kebaikan pada beliau hanya saja beliau waktu itu masih malas-malasan. Suatu saat ada acara yang dihadiri oleh Syaikh Khalilurrahman – qari’ terkenal – dan membaca Al-Qur'an. Ternyata Syaikh Al-Hudzaifi takjub dengan suaranya hingga dia berdoa: “Ya Allah, jadikanlah aku sepertinya”. Setelah itu beliau rajin hingga mengkhatamkan juz ‘Amma.

Setelah itu Syaikh Al-Hudzaifi bermimpi matahari berada di sisi kanannya dan bulan di sisi kirinya. Mimpi ini beliau ceritakan kepada guru beliau Ibnu Jammah. Guru beliaupun menganggap ini suatu hal yang luar biasa dan berkata kepadanya: “Pulanglah. Jika kamu mimpi seperti itu lagi datanglah kepadaku.” Ternyata Syaikh mengalami mimpi yang sama lagi. Syaikh Ibnu Jammah menafsirkannya bahwa Syaikh Al-Hudzaifi akan menjadi imam di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi.

Syaikh Abdul Aziz Al-Qari berkata: “Syaikh Ibnu Jammah menceritakan kepadaku kisah ini. Beberapa lama kemudian aku dikunjungi oleh Syaikh Al-Hudzaifi di rumahku. Beliau menceritakan kisah tersebut tanpa menyebut bahwa beliau mimpi.”

Al-Qari berkata pada beliau: “Bukankah Anda sebelumnya pernah mimpi?” beliau langsung bangkit dalam keadaan marah dan meninggalkan rumahku.”
Ini menunjukkan bahwa Syaikh berusaha untuk menyembunyikan keadaan beliau dan tidak suka dipuji.”
Sekian cerita Abu Ahmad.

Member lainnya bernama Khalid bin Umar berkata:
“Waktu aku menziarahi Kota Madinah bersama saudaraku Syaikh Abdurrahman Al-Faqih – hafizhahullah – pada hari Rabu 9-5-1432 H, kami dijamu oleh Syaikh Muhammad bin Abdillah Zarban – imam dan khatib Masjid Quba, hafizhahullah – pada sebuah jamuan khusus yang dihadiri oleh beberapa tamu mulia di antaranya Syaikh Ali Al-Hudzaifi hafizhahullah, sebelumnya aku meminta kepada saudaraku Yusuf bin Muhammad Zarban untuk berusaha supaya Syaikh hadir, dimana aku bisa menunjukkan kepada mereka berdua – Al-Hudzaifi dan Zarban – rancanganku untuk menulis biografi Syaikh Muhammad bin Jammah rahimahullah. Kesempatan itu menjadi majlis yang dipenuhi oleh faidah dan cerita-cerita yang menghibur. Aku memohon kepada Allah agar kesempatan tersebut sering terulang.

Akupun memanfaatkan kesempatan tersebut untuk bertanya kepada Syaikh Al-Hudzaifi tentang mimpi yang Anda nukil (yaitu Abu Ahmad Al-Hummam –pent.) dari DR. Al-Qari dari Syaikh Ibnu Jammah, agar aku bisa mencantumkannya pada biografinya. Akupun menceritakan kepada Syaikh Al-Hudzaifi apa yang Anda nukil di sini (dihttp://www.ahlalhdeeth.com – pent.) dari DR. Al-Qari dan Ibnu Jammah rahimahullah. Syaikh Al-Hudzaifi hafizhahullah menjawab: “Aku tidak ingat. Aku tidak ingat kalau pernah mimpi seperti itu.”
Syaikh Muhammad Zarban hafizhahullah kemudian berkata: “DR. Al-Qari hanya bertemu kurang lebih sekali dengan Ibnu Jammah.”
Kemudian Syaikh Muhammad Zarban berkata: “Aku akan sampaikan kepadamu mimpi yang shahih dengan sanad ali dari Saudara Ali sendiri.”

Dia bercerita bahwa: “Syaikh Ali suatu kali mimpi setelah ditunjuk menjadi imam di Masjid Nabawi bahwa beliau mengimami kaum muslimin dengan badan menghadap kiblat sedangkan wajah beliau menghadap ma’mum. Akupun (yaitu Ibnu Zarban) bertanya apa artinya? Al-Hudzaifi menjawab: “Seorang imam tidak menghadap ma’mum dengan wajahnya melainkan di Masjidil Haram. mungkin aku akan dipindahkan ke Makkah.”
Syaikh Muhammad Zarban berkata: “Setelah itu beliau memang dipindahkan ke Makkah dan menjadi imam di sana selama setahun sebelum dikembalikan lagi ke Madinah.”
Syaikh Al-Hudzaifi hafizhahullah berkata: “Aku tidak ingat mimpi ini.”
Syaikh Ibnu Zarban berkata: “Jika Anda lupa, sesungguhnya aku demi Allah tidak lupa. Aku mendengarnya langsung dari Anda.”
Sekian cerita dari Khalid bin Umar.

Di antara peristiwa yang menunjukkan keberanian beliau adalah ketika beliau menyampaikan Khutbah di Masjid Nabawi pada 9 Dzul Qa’dah 1432 H silam tentang Syi’ah Rafidhah, khususnya yang ada di daerah Qathif Saudi Arabia. Beliau menuntut agar kewarga negaraan mereka dicabut kemudian diasingkan ke “Goa Abu Shalih Muhammad bin Hasan Al-Akari”. Di antara ucapan beliau dalam khutbah tersebut:

“Sesungguhnya Ahli Bait Nabi shallallahu alaihi wasallam berlepas diri dari akidah Rafidhah, demikian pula para sahabat berlepas diri darinya. Maka oleh karena mereka selalu bertindak tanduk dengan mengatas namakan Abu Shalih dan mereka melakukan berbagai aksi kudeta karenanya, padahal dia adalah sosok fiktif, dia tidak pernah terlahir sama sekali, sebagaimana disebutkan dalam Kitab Al-Kafi yang menjadi sandaran mereka. Maka berikanlah mereka kesempatan untuk mengunjunginya dan silahkan mereka lihat ...”
Rekaman khutbah ini bisa dilihat di http://www.youtube.com/watch?v=OZDsTG_CvLQ.
Karena khutbah ini, beliau sempat dinon aktifkan menjadi imam dan kembali menjadi imam mulai pada shalat Subuh tanggal 9 Dzul Qa’dah 1433 H bertepatan dengan 25-09-2012 M kemarin.

Kemudian peristiwa lainnya yang menunjukkan bahwa beliau tidak memperdulikan manusia dalam masalah kebenaran, ketika beliau menjadi imam Shalat Magrib pada 24 September 2011 M, setelah takbiratul ihram beliau memutuskan shalat dan berkata kepada ma’mum: “Tunggu sebentar, tunggu sebentar.” Lalu beliau keluar mengambil wudhu’ dan kembali lagi mengimami manusia. Videonya bisa dilihat di sini http://www.youtube.com/watch?v=-aWUgWViyOo.

Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al-Badr hafizhahullah pernah menyinggung kejadian ini di majlis beliau di Masjid Nabawi dan memuji Syaikh Al-Hudzaifi atas keberanian beliau dan sikap beliau yang tidak malu dan tidak takut akan dicela oleh manusia.

Semoga Syaikh Ali Al-Hudzaifi dijaga oleh Allah, demikian pula para ulama kaum muslimin lainnya.
Sekian yang bisa saya tulis tentang Syaikh Al-Qari’ Ali bin Abdirrahman Al-Hudzaifi.

Kota Nabi shallallahu alaihi wasallam, Ba'da Ashar Hari Idul Adha 1434 H ...



Diberdayakan oleh Blogger.